Ngelmu.co – Tulisan ini tidak membahas kondisi Israel, setelah Iran, melakukan serangan.
Tulisan ini melihat dari spektrum lebih luas, pascalebih dari enam bulan, Israel melakukan agresi.
Bak terjebak dalam rawa, kini Israel, sulit memiliki jalan keluar untuk menyelamatkan diri.
Agresi Israel atas Gaza, ternyata gagal total, dan telah kehilangan alasan perang dari sisi apa pun.
Bahkan, berubah menjadi beban yang begitu berat bagi mereka sendiri.
Minimal, ada 10 indikator gagal total Israel di Jalur Gaza.
Pertama
Agresi Israel, gagal total mencapai tujuan terpentingnya, yaitu menghancurkan Hamas.
Hamas masih menjadi kelompok terkuat dan paling luas keberadaannya di Jalur Gaza.
Brigade Al-Qassam masih aktif, tidak hanya di tengah dan selatan Jalur Gaza, tetapi juga di utara Jalur Gaza.
Sekitar 150 hari setelah invasi Israel, menurut perkiraan, masih ada lebih dari 7.000 pejuang Hamas.
Mereka masih terus melakukan pertempuran dan operasi serangan tiap hari yang menimbulkan kerugian besar pada penjajah Israel.
Kedua
Agresi Israel, gagal total menduduki Jalur Gaza, dan gagal menerapkan rezim militer di sana.
Sistem komando dan kendali Hamas, masih efektif di sebagian besar Jalur Gaza.
Baik dalam struktur militernya, maupun dalam struktur administratif, dan organisasinya.
Terlepas dari banyaknya syuhada yang gugur, baik dari kalangan sipil maupun militer Hamas.
Ketiga
Agresi Isrel, gagal total dalam membebaskan para tahanan dan tawanan yang ditahan oleh kelompok perlawanan.
Tidak satu pun tahanan dan tawanan yang berhasil dibebaskan, kecuali berdasarkan kesepakatan pertukaran tawanan dengan pihak pejuang Palestina.
Keempat
Agresi Israel, gagal total menghancurkan dukungan terhadap perjuangan Palestina, dan tidak mampu merusak kepercayaan masyarakat Gaza kepada para pejuang.
Semua metode perang yang keji, termasuk pembantaian dan pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak, penghancuran rumah, rumah sakit, sekolah, infrastruktur, dan melaparkan masyarakat, tidak berpengaruh untuk mematahkan keinginan rakyat Gaza yang tetap mendukung perlawanan.
Kelima
Agresi Israel, gagal total menemukan pemerintahan alternatif untuk menggusur Hamas di Jalur Gaza, yang akan melaksanakan agenda Israel yang ingin membungkam perlawanan di Jalur Gaza, dan memberikan keamanan bagi entitas Israel.
Meskipun Otoritas Ramallah sedang berusaha menyesuaikan diri dan menawarkan layanannya, tapi bagi rakyat Gaza, otoritas Ramallah sangat lemah dibandingkan Hamas.
Keenam
Agresi Israel, gagal total, sebab, ternyata, perang berlangsung lebih lama dari perkiraan Amerika dan Israel sendiri.
Kini, perang itu berubah dari sebuah nilai strategis, menjadi beban militer, keuangan, politik, media, dan moral, serta menjadi beban internal Israel.
Ketujuh
Agresi Israel, gagal total, karena terus-menerus muncul rasa takut di kalangan penjajah sipil zionis, sementara kekuatan politik Netanyahu, berusaha memperpanjang perang, karena alasan pribadi terkait dengan kekuasaannya, dan untuk melepaskan diri dari akhir karier politiknya yang buruk, atau masuk penjara.
Kedelapan
Agresi Israel, gagal total, karena mengalami penurunan ekonomi dahsyat yang terus berlanjut.
Berkurangnya imigrasi yang merugikan, hilangnya keamanan, pelarian investasi, dan hambatan normalisasi.
Mereka tidak bisa hidup dengan kondisi perlawanan yang terus dilakukan pejuang Palestina, dan menimbulan efek kerugian tiap hari.
Kesembilan
Agresi Israel, gagal total, sebab, secara internasional, citra mereka merosot.
Akibat sikap brutal dan arogan, merendahkan hukum internasional, dan hak asasi manusia.
Sehingga muncul sejumlah negara-negara yang bergabung dengan Afrika Selatan, mengajukan tuntutan ke Mahkamah Internasional yang menjatuhkan vonis bersalah kepada Israel.
Kesepuluh
Agresi Israel, gagal total, karena justru memperluas propaganda bahwa Jalur Gaza, bukan urusan internal Palestina.
Agresi Israel kali ini bahkan makin menguak kepalsuan propaganda zionis Israel dalam perang di Gaza, dan di Palestina secara umum.
Pejuang Palestina yang diwakili Hamas, kini bisa lebih terlihat sebagai gerakan pembebasan nasional, sebagai gerakan Islam moderat dengan nilai-nilai maju, dan perilaku peradaban modern.
Baca juga:
Berakhir sudah klaim Israel yang memasarkan dirinya sebagai ‘korban’ atas tragedy Holocaust 76 tahun lalu.
Sebab, yang ada, dunia justru kini melihat Israel, melakukan holocaust dan genosida terhadap warga Gaza.
Perang bagi Israel, benar-benar telah kehilangan legitimasi, logika perang, dan alasan apa pun.
Bagi israel, pilihan yang mungkin bisa dilakukan, hanya menghentikan perang, menarik pasukan dari Gaza, membuka blokade Gaza, dan mencapai kesepakatan pertukaran tahanan yang serius.
Namun, bagi pejuang kemerdekaan atau perlawanan Palestina, mereka tidak punya pilihan, selain melanjutkan perlawanan secara lebih kuat dan efektif.
Agar bisa memaksa pendudukan untuk mundur, dan memenuhi syarat-syarat yang mereka ajukan untuk menghentikan perang.
Oleh: Sekretaris Lembaga Kajian dan Pemikiran Islam Indonesia (LKPII) Muhammad Lili Nur Aulia