Ngelmu.co – Serangan Israel ke Jalur Gaza, memasuki hari ke-100. Ini terhitung sejak 7 Oktober 2023.
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan di Gaza, korban terbunuh sudah mencapai 23.968 orang; hampir 24 ribu jiwa.
Di mana sebagian besarnya merupakan wanita dan anak-anak.
Mengutip Al Jazeera, pengeboman tanpa henti yang dilakukan oleh Israel di Gaza, belum ada tanda-tanda mereda.
Sudah banyak pihak yang menyatakan jika ini bisa disebut sebagai genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina.
Israel melancarkan serangan ke Gaza di tengah bencana kemanusiaan dan ancaman eskalasi yang makin meluas.
Baca juga:
Adapun dari pihak Israel, korban tewas tercatat 1.139 orang.
Manusia biadab tidak berhati, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, menyatakan akan melanjutkan serangan hingga meraih kemenangan.
Dalam pidatonya yang disiarkan di televisi setempat, ia juga menekankan bahwa hal itu perlu dilakukan.
“Tidak ada seorang pun yang akan menghentikan kami, baik Den Haag, Poros Kejahatan, dan tidak ada pihak lain,” kata Netanyahu.
Pernyataannya itu mengacu pada gugatan yang diajukan Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional untuk meminta tindakan darurat, guna menghentikan serangan Israel.
Selain itu juga merujuk kepada kelompok ‘poros perlawanan’ yang berpihak pada Iran di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.
Serangan ini merupakan pertempuran paling berdarah dan paling merusak dalam konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade; antara Israel dan Palestina.
Dampak Genosida
Awal Januari 2024, kantor media Gaza, mengatakan, Israel telah menjatuhkan lebih dari 65.000 ton bom di wilayah tersebut.
Mengutip Associated Press, analisis data satelit menunjukkan bahwa sekitar 33 persen bangunan di seluruh Jalur Gaza, telah hancur.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memperkirakan bahwa 1,9 juta orang–hampir 85 persen dari populasi–mengungsi.
Adapun lebih dari 90 persen, menghadapi kerawanan pangan akut.
“Kehancuran besar-besaran, pengungsian, kelaparan, dan kehilangan dalam 100 hari terakhir, menodai kemanusiaan kita bersama.”
Demikian pernyataan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
“Operasi kemanusiaan telah menjadi salah satu yang paling kompleks dan menantang di dunia,” sambungnya melalui unggahan di media sosial Twitter (X).