Ngelmu.co – Sebanyak 6.000 keluarga di tujuh kecamatan, Kabupaten Ciamis, mengalami krisis air bersih, berdasarkan laporan yang diterima BPBD setempat. Diprediksi, daerah tersebut masih harus melewati musim kemarau hingga Oktober mendatang.
Tujuh kecamatan itu, antara lain Ciamis, Pamarican, Cijeungjing, Cikoneng, Banjarsari, Cimaragas, dan Cidolog. BPBD Ciamis, sudah melakukan pengecekan langsung, serta mendistribusikan bantuan air bersih.
“Musim kemarau ini sudah berdampak, dan dirasakan oleh 6.000 keluarga dengan jumlah 17 ribu jiwa. Ciamis kekurangan air bersih,” ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ciamis, Ani Supiani, Rabu (14/8).
“Distribusi air dari BPBD sekitar 250 ribu liter, dari pihak swasta dan TNI-Polri 70 ribu liter. Total sekitar 320 ribu liter,” lanjutnya, seperti dilansir Detik.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Ulama Mesir: 3 Tanda Kiamat Kubra Sudah Terlihat
[/su_box]
Kurangnya armada, disebut Ani, sebagai kendala yang dihadapi BPBD Ciamis, dalam pendistribusian air.
Lokasi warga yang terdampak kekeringan di pelosok, dengan akses jalan yang sulit, terutama di daerah Kecamatan Cidolog, juga menjadi kendala.
“Jadi memang lokasi cukup jauh dan medannya sulit. Armada kurang,” tuturnya.
“Harusnya bisa kirim 15 ribu liter atau tiga tangki dalam sehari, kami hanya mampu satu tangki atau 5.000 liter saja sehari,” imbuh Ani.
BMKG: Agustus Menjadi Puncak Musim Kemarau di Ciamis
Menurut BMKG, bulan Agustus ini diprediksi menjadi puncak musim kemarau di Ciamis.
Namun, BPBD akan berupaya maksimal untuk menyalurkan air bersih, sebagai penanganan jangka pendek. Pihaknya juga telah melaksanakan rakor kekeringan sinergis untuk bantuan air.
Sementara itu, penanganan krisis air bersih untuk jangka panjang adalah melakukan kerja sama dengan dinas terkait, dan melakukan pengeboran titik air atau pipanisasi.
Kerja sama dengan kehutanan untuk segera melakukan penghijauan juga menjadi pilihan jalan keluar.
“(Meski) Awal musim hujan diperkirakan bulan November, mudah-mudahan, berdoa, di bulan September atau Oktober juga sudah hujan,” kata Ani.
Krisis Air Bersih, Warga Manfaatkan Air Sungai yang Tak Cukup Jernih
Di sisi lain, warga Dusun Majaprana, Desa Pamalayan, Kecamatan Cijeungjing, terpaksa memanfaatkan aliran Sungai Cileueur untuk keperluan MCK.
Meski airnya tak cukup jernih, mau tak mau mereka tetap menggunakan air sungai tersebut, karena sumur di rumah masing-masing warga sudah mengering sejak beberapa bulan lalu.
“Sejak kemarau dan sumur kering, setiap pagi dan sore sungai pasti ramai yang mandi, yang nyuci,” ungkap salah seorang warga.
“(Sementara) untuk minum dan masak, ada sumur dekat sungai yang dipakai warga bersama-sama,” pungkasnya, saat ditemui di sela kegiatan mencuci pakaian, di Sungai Cileueur.