Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menggelar uji kelayakan Caleg (calon legislatif) dengan menghadirkan para juri independen di Jakarta, Minggu (5/11). Ketua Umum PSI, Grace Natalie, menegaskan uji kelayakan ini merupakan tradisi baru dalam dunia politik Indonesia, agar dapat menghasilkan orang-orang terbaik untuk menjadi wakil rakyat.
“Caleg kami bukan hasil rapat internal yang tidak jelas. Kami melaksanakan dengan mengundang juri internal dan publik bisa mengawasi,” kata Grace Natalie dalam keterangan persnya, Senin.
Nama-nama yang lolos akan diumumkan ke publik. Masyarakat lalu bisa memberikan masukan dan kritik terhadap nama-nama yang dicantumkan. Dengan mekanisme yang kredibel dan transparan. “PSI berharap bisa menarik para profesional, putra-putri terbaik bangsa, untuk terjun ke politik,” ujar Grace.
Sebelumnya, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menyatakan, selama ini proses rekrutmen caleg terbilang dekat dengan praktik nepotisme dan kolutif. “Kita harus mencari jalan keluar dari kebuntuan politik. Model rekrutmen PSI adalah salah satu cara yang harus didukung,” katanya.
Mengenai para calon, Mahfud menyatakan, ada sejumlah calon sudah punya solusi konseptual mengenai persoalan bangsa, terutama terkait korupsi dan intoleransi. “Persoalan-persoalan itu dihayati dari pengalaman nyata. Meski beberapa masih agak lugu, mereka punya rasa keindonesiaan yang cukup menjanjikan,” kata guru besar hukum Tata Negara ini.
Juri independen lain, Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) UGM, Zainal Arifin Mochtar, menggarisbawahi bahwa upaya seleksi ala PSI ini merupakan hal baru dan pertama kali. Pasti ada perbaikan atau catatan untuk perbaikan ke depan.
Secara umum, kata Ucheng (panggilan akrab Zainal), para kandidat punya kepedulian tinggi untuk memberantas korupsi. “Melihat para kandidat PSI, saya merasa lega karena ternyata jamaah anti korupsi itu banyak,” kata pengajar Fakultas Hukum UGM ini yang disambut tepuk tangan hadirin.
Baca Juga : [Rahasia] Data Donatur PSI, Terungkap.
Lebih lanjut, pada gilirannya, PSI harus membekali pada calon agar lebih kompeten. “Partai juga berperan untuk menguatkan mereka karena misi pendidikan politik di situ. Masih ada dua tahun menuju pemilu 2019,” ucap Ucheng. Akhirnya, Ucheng menilai, proses seleksi semacam ini adalah budaya yang baik. “Pantas untuk dipertahankan dan ditingkatkan kualitas pelaksanaannya,” ujarnya.
Juri lain, Mari Elka Pangestu, menyatakan proses uji kelayakan Caleg versi PSI ini memberi optimisme. Karena ternyata masih ada orang-orang yang punya niat jelas untuk melakukan perubahan, dengan beragam latar belakang dan usia. “Proses ini luar biasa, menyadarkan saya bahwa ada harapan akan masa depan kita. Mereka berani berjuang dan keluar dari comfort zone, mengambil risiko,” kata mantan Menteri Perdagangan ini.
Selama dua hari, Sabtu dan Minggu ini, PSI menggelar uji kelayakan Caleg. Ada 11 tokoh diundang sebagai juri independen. Para kandidat datang dari beragam profesi: pengacara, aktivis, dosen, pengusaha, auditor, ahli mikrobiologi, dan lain-lain.
Sumber : Antara