Karir politik Fahri Hamzah di ujung tanduk. Pasalnya, politisi asal NTB itu tak lagi dicalonkan menjadi anggota legislatif karena sudah tak memiliki partai usai dipecat PKS akibat tak taat pada keputusan partai. Kabar Fahri akan berlabuh ke Partai Golkar pun bertiup kencang.
Gara-garanya komentar dari mantan Ketua DPR Setya Novanto yang kini menjadi pesakitan karena terlilit kasus korupsi E-KTP. Saat ditanya soal kemungkinan koleganya itu masuk ke Partai Golkar, Novanto sangat mendukungnya.
“Tentu kami serahkan kepada Saudara Airlangga. Kalau saya secara pribadi, bukan hanya beruntung, melainkan sayang kalau enggak bisa dapat seorang Fahri,” ujar Novanto.
Menurut Novanto, Fahri adalah orang yang setia dan memiliki kecerdasan. Menurut dia, Fahri mudah diajak berkomunikasi dan mampu bekerja sama.
Wajar Setnov menyatakan demikian. Keduanya terlihat harmonis saat memimpin DPR. Bahkan, Fahri tak segan-segan membela Setnov dalam kasus E-KTP ketika publik justru menghujatnya.
Fahri meminta agar Setnov dibebaskan dari penahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurutnya, permintaan tersebut berkaca pada kasus mantan Dirut Pelindo II RJ Lino. Padahal RJ Lino yang sudah ditetapkan tersangka oleh KPK tapi tidak langsung ditahan, bahkan sampai sekarang masih berkeliaran.
“Harusnya diperlakukan sama seperti RJ Lino. Agar citra DPR enggak turun, bebaskan kayak RJ Lino,” kata Fahri Hamzah, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (22/11).
Selain itu, Fahri juga menyampaikan, meski saat ini Setya Novanto menjadi tahanan KPK, jabatan kursi Ketua DPR RI tidak mengalami kekosongan. Maka dengan demikian, kata Fahri, saat ini belum perlu dilakukan penunjukan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPR RI menggantikan Novanto.
“Dia (Novanto) masih ketua DPR RI, jangan dibilang kosong. Tidak ada yang kosong jabatan ketua,” tegas Fahri.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sendiri mempersilakan Fahri masuk partainya.
Airlangga menyampaikan, Golkar terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung. Kendati demikian, ia menyerahkan kepada Fahri apakah akan bergabung dengan Partai Golkar atau tidak.
“Tanya sama beliau dulu. Partai Golkar kan partaiterbuka, siapa juga boleh,” ujarnya.
Kian santernya kabar Fahri akan merapat ke “Pohon Beringin” juga mendapat perhatian Wakil Presiden Jusuf Kalla.
“Ya saya belum tahu, tapi yang pasti ada manfaatnya, tentu ada juga yang negatifnya,” ujar Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta Pusat, Selasa 6 Februari 2018.
Fahri merespons kabar dirinya akan ke Partai Golkar dengan gayanya sendiri. Saat acara “Netizen Ngopi Bareng Fahri”, di bilangan Pegangsaan Barat, Jakarta, Jumat malam (2/2), Fahri melakukan dua “manuver”.
Pertama, sebelum memulai acara yang kebetulan lokasinya di area kantor DPD Golkar DKI Jakarta, Fahri didatangi Ketua DPD Golkar Jakarta, Fayakun Andriadi.
Kedua, saat Fahri hendak berpamitan untuk meninggalkan lokasi acara. Sejumlah pengurus DPD Partai Golkar DK mengajaknya masuk kantor “Beringin DKI”.
“Sebentar ya, saya masuk Partai Golkar dulu,” kata Fahri yang disambut tawa para tamu undangan dan wartawan.
Soal peristiwa itu, Airlangga memberikan tanggapannya.
“Kalau itu kan Fahri Hamzah masuk ke kantor Golkar. Nah kalau itu masuk ke kantor Golkar kan semua juga boleh. Ya kalau namanya pimpinan DPRdiundang ke partai kan pasti masuk kantor Golkar. Masuk kantor siapa juga bisa,” kata Airlangga.
Kemungkinan Fahri bergabung ke Partai Golkar memang masih terbuka. Apalagi sudah ada preseden saat Muhammad Misbakhun pindah dari PKS ke Partai Golkar pada 2013 silam. Jadi, Fahri bukan orang pertama dari PKS jika memutuskan bergabung ke Partai Golkar.
Hanya saja, maukah pimpinan dan kader Partai Golkar menerimanya? Rekam jejaknya yang melawan keputusan partai bisa jadi catatan tersendiri yang membuat partai sekaliber Golkar pun harus berpikir ulang. Meminjam istilah almarhum Sutan Batoeghana: ngeri ngeri sedap…
Wanry