Ngelmu.co – Sebagai orangtua, salah satu bentuk kasih sayang kita terhadap anak-anak adalah kita senantiasa berdoa untuk kebaikan anak-anak kita. Bahkan kita juga berusaha untuk selalu berbicara baik, cara dan isi pembicaraan, agar tidak menjadi doa yang buruk bagi anak-anak kita.
Ya, kata-kata yang keluar dari lisan orangtua terhadap anak merupakan untaian doa juga. Oleh karena itu, sebagai orangtua, kita harus berhati-hati dalam berkata-kata.
Berikut adalah tulisan menarik dan wajib disimak oleh orangtua terkait dengan kewajiban kita sebagai orangtua.
DOAMU MASA DEPAN ANAKMU…
By Abu Junda
Kisah berikut ini adalah kisah nyata… Di Kota Portland, Negara Bagian Oregon, AS. Sepasang suami istri dengan seorang putra dan putra mereka telah membawa banyak sekali kerisauan kepada mereka.
Bukan hanya itu, putra mereka telah minggat dari rumah selama 3 – 4 tahun lamanya dan tdk ada kabar beritanya. Karena itu, pasutri tersebut mencari seorang psikiater utk mengonsultasikan masalah ini, sekaligus mengungkapkan segala penderitaan hatinya.
“Sudah berapa lama Anda telah mengutuk putra Anda itu?” Tanya Psikiater tersebut sambil menatap dalam-dalam pada pasutri itu.
“Anda mengatakan kami telah mengutuk anak itu, apa maksud perkataan Anda itu?” Tanya pasutri tersebut dengan terkejut dan keheranan.
“Yang saya maksud dengan mengutuk itu artinya mengatakan kejelekan orang lain. Bukankah sejak tadi yang Anda katakan semuanya tentang ketidak-baikan dari anak Anda. Sudah berapa lamakah Anda berbuat demikian?” Jawab Psikiater itu.
“Memang benar, sejak dia lahir saya sudah mengutuknya sedemikian rupa hingga sekarang, saya sama sekali tidak pernah berkata dengan perkataan yang baik terhadap anak itu.” Terang ayah dari anak tersebut dengan kepala menunduk
“Kalau begitu hasil Anda pasti sia-sia belaka, betulkan?” kata Psikiater itu
“Benar.” Jawab sang ayah
“Saya ingin memberikan tantangan kepada Anda dan istri anda, dalam dua bulan ke depan, ketika Anda teringat tentang anak itu, Anda harus memberi restu kepadanya, jangan memikirkan ketidak-baikannya. Saya ingin kalian berdoa untuk memberikan anak itu. Ketika kalian membicarakan tentang anak itu, saya ingin kalian mengingat sisi baik dari anak itu, membicarakan tentang kebaikan dia.” Nasihat Psikiater tersebut sambil melepas pasutri itu pergi.
Setelah sampai di rumah, pasutri itu berdiskusi dan mereka setuju melakukan sesuai anjuran dan usulan konsultan itu. Ketika mendoakan anak mereka, memohon kepada Tuhan agar bisa memberi hidayah kepadanya. Ketika mereka membicarakan tentang anak mereka, selalu mencoba mengingat kebaikannya. Setiap hari mereka melakukan hal ini secara kontinyu.
Kira-kira setelah lewat 10 hari, ketika sang Ayah sedang membaca buku, telepon rumahnya berdering. Memang benar, orang yang berada di ujung telepon sebelah sana adalah putranya.
“Ayah, saya sungguh tidak mengerti mengapa saya menelepon ayah, saya hanya ingin memberitahu bahwa selama satu minggu yang lalu, saya selalu teringat pada Ayah dan Ibu, oleh sebab itu saya hanya ingin menelepon Ayah, untuk mengetahui apakah ayah ibu baik-baik saja.” Terang anaknya
“Anakku! Ayah benar-benar gembira sekali, engkau telah menelpon Ayah.” Kata ayahnya
Kemudian mereka berdua bercengkrama di telepon selama beberapa menit, akhirnya sang ayah bertanya, “Ayah tidak tahu bagaimana maksud hatimu, tetapi apakah kamu mau makan siang bersama pada akhir pekan ini?” Anaknya itu setuju dengan gembira.
Akhir pekan pada waktu jam makan siang, ayah dan anak tersebut saling bertemu. Si putra mengenakan pakaian yang sudah usang, rambutnya tampak awut-awutan. Dulu, si ayah pasti akan menegur keras putranya, namun kali ini ayah itu bersikap menerima terbuka putranya, dan dalam hati mengucapkan syukur.
Setelah dia menanyakan beberapa pertanyaan kepada putranya, dia lalu diam mendengarkan jawaban sang putra. Ketika putranya menjawab pertanyaan dengan benar, dia juga membenarkan.
Perjumpaan makan siang hampir selesai, si putra memandang ayahnya dan berkata, “Ayah, saya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi saya sangat menikmati kebersamaan ini.” Ayahnya lalu menjawab, “Nak, ayah juga merasakan hal yang sama!”
Putra itu berkata lagi, “Oh ya, Ayah bolehkah malam ini saya bermalam di rumah? Hanya malam ini saja, saya ingin menjenguk ibu dan saudara lain, juga ingin tidur di kasur saya yang lama itu.”
Ayah ini menjawab, “Sudah tentu boleh! Kami merasa sangat senang sekali kamu boleh tinggal bersama kami lagi.”
Hari ini hati ayah itu penuh dengan kegembiraan, dia menyadari ketika dia berhenti mengutuk dan menggantinya dengan restu, keadaannya mengalami perubahan yang sangat drastis.
Malam itu, ketika sang putra sedang merebahkan diri di atas ranjang, ayahnya masuk ke dalam kamar dan duduk di samping anaknya lalu berkata, “Anakku, selama bertahun-tahun ini sikap ayah terhadapmu sangat tidak baik, maukah kamu memaafkan ayah!”
Anak itu menjawab, “Ayah, saya tentunya sudah memaafkannya!” Kemudian anak itu duduk dan memeluk ayahnya, sejak saat itu hubungan mereka berdua menjadi baik.
Namun hubungan baik ini sebenarnya dimulai sejak kapan? Dimulai sejak kedua orangtua itu mulai bersyukur dan merestui anak mereka.
Sahabatku, doa sangat memberi manfaat kepada anak dan menambah keteguhan dan kesalehan mereka serta orang akan selalu mendapat hidayah dan petunjuk kepada jalan yang lurus. Buah apa yang kita tanamkan hasilnya sudah pasti juga adalah buah itu pula. Jika kita menaburkan bibit kutukan, maka hasil yang akan kita terima juga kutukan pula; Jika kita menaburkan benih syukur, maka hasil yang akan kita terima juga kesyukuran.
Benarlah sabda Nabi saw yang mengatakan:
لاَ تَدْعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمِ وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أمِوَالِكُمْ, وَلاَ تُوَافِقُوْا مِنَ الله سَاعَةً إلاَّ يَسْألُ فِيْهَا عَطاَءً فَيَسْتَجِيْبُ لَكُمْ.
“Janganlah kalian berdoa buruk atas dirimu, jangan berdoa buruk atas anakmu, dan jangan berdoa buruk atas hartamu sebab bila kalian tepat pada saat yang dikabulkan Allah ketika kamu meminta suatu permintaan maka Allah akan mengabulkannya.”