Ngelmu.co – Mantan ketua DPR, Setya Novanto mengungkapkan beberapa nama yang diduga menerima aliran dana korupsi e-KTP. Nama-nama tersebut Setnov beberkan dalam sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (22/3).
Sebelumnya, dari beberapa sidang, Setnov telah menyebutkan banyak nama. Di antara nama-nama yang keluar dari mulut Setnov, ada beberapa nama yang merupakan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Hari ini politisi dari PDIP yang ia sebutkan ada empat nama, yaitu Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), Olly Dondokambey (Gubernur Sulawesi Utara), Puan Maharani (Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) dan Pramono Anung (Sekretaris Kabinet).
Setnov mengungkapkan bahwa Olly Dondokambey, Puan dan Pramono masing-masing menerima USD 500 ribu. Namun, sayangnya Setnov tidak menyebutkan secara rinci jumlah uang yang diiterima Ganjar.
Selain empat nama politisi PDIP yang dia sebutkan pada sidang hari ini, Kamis (22/3), sebelumnya ada dua nama anggota PDIP yang lebih dulu disebutkan oleh Setnov, seperti nama Yasonna Laoly (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia) dan Arif Wibowo (Anggota Wibowo Komisi II DPR RI). Namun Setya Novanto tidak menyebutkan keterlibatan Yasonna dan Arif Wibowo pada sidang hari ini.
Empat nama politisi PDIP yang Setnov ungkapkan sebenarnya tidaklah mengejutkan. Hal tersebut dikarenakan nama Ganjar, Olly Dondokambey dan Yasonna Laoly sendiri sudah mencuat sejak lama dan malah sempat hilang dari daftar dakwaan.
Diketahui, sejak penyidikan kasus e-KTP pada April 2014, total 200 orang lebih diperiksa sebagai saksi, dan 14 orang mengembalikan uang kepada KPK, walaupun pengembalian uang itu tak lantas menghapus tindak pidana yang dilakukan.
Ganjar Pranowo dan Olly Dondokambey telah membantah pernah menerima duit e-KTP. Sedangkan Pramono Anung dan Puan Maharani belum merespons saat mendia mencoba mengkonfirmasi terkait keterangan Setya Novanto tersebut.
Di lain pihak, Sekjen PDIP, Hasto Kristianto, menganggap apa yang diungkapkan Setnov merupakan manuver yang dilakukan oleh Setnov dengan ‘menembak’ beberapa politikus PDIP. Menurut Hasto, Setnov sedang berusaha meringankan dakwaannya.
“Kami juga mengamati kecenderungan terdakwa dalam kasus tipikor menyebut sebanyak mungkin nama, demi menyandang status justice collaborator. Apa yang disampaikan Pak Setya Novanto hari ini pun, kami yakini sebagai bagian dari upaya mendapatkan status demi meringankan dakwaan,” kata Hasto dalam keterangan tertulisnya.