Warga Jawa Barat sudah tidak sabar menunggu selesainya bandara Kertajati, Majalengka. Hal ini juga sangat memacu semangat pihak-pihak yang berkompeten, Sebagai Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan sangat optimistis pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka ini akan selesai dan siap beroperasi mulai 2018 yang akan datang.
Pembangunan Bandar Udara Internasional Kertajati di Majalengka, Jawa Barat telah mencapai 92%. Budi Karya, mentri perhubungan, sangat mengapresiasi pemerintah daerah Jawa Barat yang telah menginisiasi pembangunan bandara kertajati dengan skema pembiayaan yang baik. Di kutip dari Kumparan, Budi karya menyatakan “Ini bandara satu contoh Pemda yang mempunyai misi memiliki suatu bandara yang besar didanai Pemda, swasta, pusat, dengan bond dengan pinjaman. Jadi exercise-nya lengkap,”
Selain kolaborasi yang kompak tersebut, Budi Karya juga menilai dari segi fisik, bangunan bandara ini sangat baik. Budi Karya mengatakan, pembangunan bandara yang melibatkan pemerintah pusat, Pemda dan pihak swasta ini bisa dicontoh oleh daerah-daerah lain.
“Jadi kan ini sebagai laboratorium untuk membangun infrastruktur di lain-lain provinsi. Pemda-Pemda yang memiliki finansial yang kuat mestinya berani menginisiasi. Skema pendanaan yang saya apresiasi sekali,” tutupnya.
Menurut Agus Santoso, Direktorat Jendral Perhubungan Udara Kemenhub, pada Juli mendatang, Bandara Kertajati akan memiliki runway sepanjang 2.750 meter sehingga bisa digunakan untuk melayani jemaah haji. Sebab sebelumnya, pihaknya mencanangkan bahwa runway akan diperpanjang hingga 3.200 meter agar dapat menampung pesawat jenis Boeing 777.
Bandara Kertajati Dibedah di Swedia
Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat dibedah dalam Passenger Terminal EXPO and Conference 2018, di Stockholm, Swedia, 20-22 Maret. Seperti dikutip dari Kompas.com, Direktur Utama PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) Virda Dimas Ekaputra mengatakan, di hadapan 7.000 peserta dari 100 negara yang hadir, proyek dengan nilai investasi Rp 2,6 triliun ini dibedah. Proyek pembangunan bandara internasional ini dibedah karena menggunakan skema kemitraan pemerintah dan swasta (KPS). Skema kerjasama yang pertama di Indonesia untuk pembangunan sebuah negara.
Di hadapan ribuan orang, BIJB menyampaikan best practice pembangunan dan pembiayaan yang melibatkan beberapa unsur. Pemerinah Provinsi Jawa Barat bersama PT BIJB berhasil menggaet pendanaan dari investor langsung serta perbankan.
Demi menutupi kekurangan pendanaan Bandara, BIJB menerbitkan skema pinjaman dan ekuitas. Pinjaman tersebut diterbitkan dari sindikasi tujuh perbankan syariah sekitar Rp 906 miliar. Ketujuh bank yang memberikan pinjaman perbankan yakni Bank Jateng Syariah, Bank Sumut Syariah, Bank Kalbar Syariah, Bank Sulbar Syariah, Bank Jambi Syariah, dan Bank Kalsel Syariah. Selain itu, PT BIJB juga menerbitkan produk berbasis ekuitas yakni, reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) yang sudah disahkan Otoritas Jasa Keungan (OJK).
Bandari Kertajati dibiayai Bank Syariah
Keberhasilan bandara kertajati tidak lepas dari pinjaman dana dari sindikasi perbankan syariah daerah sebesar Rp 906 miliar. Dari beberapa sindikasi bank syariah daerah tersebut, Bank Syariah Jateng menjadi bank yang memberikan pembiayaan paling besar sebesar Rp 366 miliar. Sedangkan Bank bjb syariah hanya memberikan bantuan pembiayaan sebesar Rp 40 miliar.
Dikutip dari detik.com, Ahmad Heryawan menyatakan, total kebutuhan dana untuk pembangunan BIJB mencapai Rp 2,5 triliun. Pihaknya telah menggelontorkan ratusan miliar untuk membangun bandara kertajati ini. Gubernur Jawa barat ini merasa lega dengan adanya pembiayaan ini. Padahal awalnya, PT BIJB kesulitan mencari dana untuk pembangunan bandara ini.
Baca Juga : Mendagri Tegaskan 90 Persen Janji Kampanye Aher Terpenuhi
Direktur Utama PT BIJB Virda Dimas Ekaputra menyatakan, pembiayaan pembangunan BIJB 70 persennya berasal dari Pemprov Jabar. Sisanya berasal dari investor. Bandar Udara Internasional Jawa Barat atau juga dikenal Bandar Udara Internasional Kertajati adalah bandar udara yang dibangun di daerah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat dengan luas keseluruhannya 5.000 ha dalam tahap awal akan dipergunakan hanya 646 ha.