Ngelmu.co – Gerakan #2019GantiPresiden yang digagas pertama kali oleh Mardai Ali Sera, menjadi gerakan masif. Gerakan #2019GantiPresiden menjadi gerakan yang merangsek seantero negeri.
Perkembangan dari #2019GantiPresiden juga ramai menjadi pembahasan dari berbagai macam pihak. Seperti halnya, Pemred dari Indopos ini, menuliskan #2019GantiPresiden yang menjadi menjadi gerakan yang Merangsek Seantero Negeri.
Baca juga: #2019GantiPresiden vs #Jokowi2Periode dalam Perspektif Drone Emprit
Berikut adalah tulisan Eko Satiya Hushada yang merupakan Pemred Indopos tentang tagar #2019GantiPresiden yang telah merangsek seantero negeri.
PERKEMBANGAN kampanye sosial dengan tagar 2019 Ganti Presiden semakin menarik saja. Siapa kira, slogan yang kali pertama digulirkan petinggi PKS Mardani Ali Sera itu menjadi gerakan yang merangsek seantero negeri. Kini, #2019 Ganti Presiden tak lagi milik Mardani, tetapi menjadi gerakan mereka yang menginginkan presiden baru hasil pemilihan presiden 2019 mendatang. Bahkan ikut ‘dinikmati’ tukang sablon dan bordir topi.
Semakin banyak beredar baju dan topi dengan desain menarik. Hanya satu kalimat; #2019GantiPresiden. Ada yang memproduksinya karena mendukung gerakan ini,. Ada juga yang memproduksi karena memanfaatkan trend pasar. Diorder, bro and sis! Begitu pengantar desain foto dan topi yang berseliweran di Whatsapp group.
Apapun, yang pasti, ‘wabah’ #2019 Ganti Presiden ini tak bisa dianggap enteng. Jangan pernah mengatakan,”Tak mungkin kaos oblong bisa mengganti presiden.” Jangan pernah bilang, “Kami tak takut dengan tagar 2019 ganti presiden’.
Baca juga: Jokowi Sindir #2019GantiPresiden
Tagar ini sudah menjadi sebuah gerakan kampanye sosial lewat strategi word of mouth (WoM). Sebuah strategi komunikasi yang dinilai kalangan public relations (PR) sebagai metode kampanye yang efektif dan efesien. Ditambah dengan tumbuhnya aspirasi untuk hadirnya figure baru hasil pilpres 2019 mendatang.
WoM menjadi efektif dan efesien, karena pesan komunikasi disampaikan dari mulut ke mulut, direkomendasikan kepada antar teman, keluarga, tokoh, yang dalam komuikasi, mampu mempengaruhi sikap personal.
WoM lebih dahsyat ketimbang Anda memasang baliho super raksasa di pinggir jalan. Karena itu hanya mampu membangun pemahaman merek (brand awareness), bukan mempengaruhi sikap pilih. Hasil riset menyebutkan, rekomendasi orang dekat lah yang mempengaruhi sikap pilih. Apapun. Memilih produk maupun figur pemimpin.
Dalam komunikasi, ada empat tujuan kampanye. Keempat tujuan ini menjadi alat ukur suksesnya sebuah kampanye. Keempat tujuan itu, yakni ketika merek dikenal, kemudian dibicarakan secara positif, lalu direkomendasikan kepada orang lain dan terakhir; dipilih. Ada unsur rekomendasi.
Karena itu, jika ingin memusnahkan ‘wabah’ #2019 Ganti Presiden agar tidak terus berkembang menjadi sebuah gerakan bersama, maka, ciptakanlah strategi agar ‘wabah’ tagar ini tidak sampai direkomendasikan kepada orang lain. Ini menjadi tantangan Anda, para projo, alias pro Jokowi.
Upaya menghentikan ‘wabah’ tagar ini jangan sampai menggunakan jurus dewa mabuk atau kacamata kuda. ‘pukul’ sana ‘pukul’ sini, ‘seruduk’ sana ‘seruduk’ sini. Ini urusan ilmu komunikasi. Karenanya, gunakan cara-cara sehat, juga dengan keilmuan yang teruji.
Bagi saya, sebenarnya, tak perlu memuntahkan berbagai jurus untuk Jokowi bisa bertahan di istana dua periode. Cukup hanya dengan memenuhi janjinya ketika kampanye pilpres lalu. Karena Jokowi memengkan pilpres setelah janji-janjinya di masa kampanye yang mampu menyuntik benak pemilih.
Kemudian, jadilah pemimpin dan bertindak adil bagi semua golongan, bukan golongan tertentu.
‘Wabah’ #2019 Ganti Presiden terus berkembang oleh mereka yang merasa kepentingannya tidak terakomodir. Karenanya, akomodirlah kepentingan masyarakat pemilih.
Untuk dua periode, tak cukup hanya dengan membagi-bagikan bingkisan di pinggir jalan, naik motor ala anak muda, beli sepatu dan baju harga murah, atau bagi-bagi sepeda karena benar menjawab pertanyaan soal ikan tongkol. Jangan bikin mereka pendukung #2019 Ganti Presiden semakin dongkol. Tapi rangkul mereka, agar istana tetap menjadi tempat bercokol. Salam demokrasi sehat !
Eko Satiya Hushada
(*Pemred INDOPOS).