Ngelmu.co, SALATIGA – Calon Gubernur nomor urut 2 Jawa Tengah Sudirman Said memiliki ide brilian untuk mewujudkan cita –cita kedaulatan pangan di Jawa Tengah. Hal tersebut disampaikan pria yang akrab disapa Pak Dirman tersebut saat berbincang dalam diskusi bertajuk Kedaulatan Pangan dan Kedaulatan Petani, Apakah Bisa Segera Diwujudkan, Jumat (11/5/2018) di kantor Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayibah (SPPQT), Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah.
“Kunci utama kedaulatan pangan di Jateng adalah pemerintahan yang bersih yang memiliki kepedulian dan keberpihakan kepada petani, sehingga ujung dari urusan ini adalah terwujudnya ketahanan pangan di Jateng,”katanya.
Menurut Pak Dirman, petani sebagai salah satu subyek kedaulatan pangan adalah bagaimana mendorong petani mengorganisir bibit secara alamiah, tanpa keterpaksaan, utamanya dari penguasa.
“Bayangkan kalau komunitas petani, seperti Qaryah Thayibah ini banyak tersebar di Jateng tentu akan memudahkan terwujudnya cita-cita kedaulatan pangan, dengan adanya petani, kemudian dimasuki idealisme dan kemampuan teknologi, dimasuki akses, rasanya terjadi satu kekuatan luar biasa untuk mewujudkan kedaulatan pangan,”jelas menteri ESDM RI periode 2014-2016 ini.
Selain itu, imbuh Pak Dirman, hal penting lain yang bisa dilakukan dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan adalah mengadopsi program-program sarjana membangun desa.
“Beberapa waktu lalu, kami, bersama Mas Anies Baswedan membuat program di bidang pendidikan yakni Gerakan Indonesia Mengajar (GIM), kemudian berlanjut juga ada program serupa di bidang kesehatan, yakni Pencerah Nusantara, intinya merekrut sarjana baru atau lama, para guru dan ahli kesehatan, kemudian diintegrasikan dengan desa, ”jelasnya.
Para sarjana pertanian yang diajak membangun desa tersebut, kata Pak Dirman, diintegrasikan dengan desa dalam waktu yang cukup, sehingga para pakar pertanian tersebut membuat petani akan punya informasi, membangun akses pasar dan juga gudang logistik.
“Kuncinya adalah program terncana, pergi ke wilayah terpencil, membangun kemampuan petani, bisa mengorganisir lahannya, hal ini juga akan memberi peluang bagi mekanisasi pertanian,”jelasnya.
Cara selanjutnya, kata mantan Direktur PT PINDAD ini, adalah melakukan kerja sama dengan Perguruan Tinggi di Jateng untuk melakukan pemberdayaan pertanian dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). “Tapi bukan KKN yang sifatnya hanya membangun got, mengecat gedung, secara lebih khusus melakukan pemberdayaan oleh mahasiswa KKN kepada para petani,”tandasnya.
Terakhir, kata Pak Dirman, cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan kedaulatan pangan adalah melakukan gerakan beli dan bela Jateng. “Gerakan ini mengadopsi gerakan di Kabupaten Kulonprogo, yang dicanangkan Bupati Hasto Wardoyo, dimana disana para ASN diwajibkan membeli dari petani setempat, dianjutkan pakai batik bikinan perajin setempat, saya kira ini bisa dilakukan di Jateng, beli Jateng dan bela Jateng, dibarengi dengan pengorganisasian yang baik, saya kira bisa dilakukan,”pungkasnya.
Untuk diketahui, SPPQT adalah komunitas pertanian mandiri yang sukses membangun kemandirian bagi paguyuban petani di seluruh Jateng yang tergabung di dalamnya. Salah satunya adalah program pembuatan bibit dan aktif menggelar diskusi-diskusi pertanian.
SPPQT kini memiliki 55 Paguyuban Petani dan 44 Calon Paguyuban Petani. Anggota SPPQT tersebar di Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang, Temanggung, Wonosobo, Kendal, Batang, Grobogan, Boyolali dan Sragen.