Politikus PDIP Charles Honoris memiliki keyakinan hasil pemilu Malaysia yang memenangkan partai oposisi pimpinan Mahathir Mohamad tak akan berdampak pada Indonesia.
Menurut Charles, kemenangan Mahathir karena evaluasi kinerja pemerintahan PM Najib Razak yang dinilai kurang memuaskan oleh mayoritas masyakarat negeri jiran. Apalagi, PM yang memerintah sejak 2009 tersebut diduga terlibat skandal korupsi 1MDB yang merugikan negara hingga triliunan rupiah.
Charles melanjutkan, insentif elektoral cenderung didapat kelompok oposisi ketika (koalisi) partai penguasa tidak cakap menjalankan pemerintahan.
“Rumus politik rasional selalu begitu. Semakin baik kinerja pemerintah, oposisi semakin tidak laku. Sebaliknya, semakin pemerintah tidak becus dan korup, oposisi semakin mendapat angin surga untuk menumbangkannya,” kata Charles seperti dikutip Republika.
Dengan melihat kepuasaan rakyat yang makin tinggi terhadap kinerja Presiden Jokowi, seperti ditunjukkan sejumlah hasil survei, menurut Charles kejadian di Malaysia sulit terjadi di Indonesia.
“Hasil survei salah satu lembaga menunjukkan 72,2 persen rakyat puas dengan kinerja pemerintahan ini,” ujar Charles.
Terkait pernyataan sejumlah politikus oposisi dalam negeri, bahwa peristiwa politik di Malaysia akan berdampak ke Indonesia, bagi Charles justru sebaliknya. Hal itu jelas sulit terjadi selama kinerja pemerintahan Jokowi berjalan baik.
“Politik itu tidak bekerja di ruang hampa. Masa apa yang terjadi di negara tetangga disebut bisa merembet begitu saja, tanpa melihat faktor-faktor yang terjadi di belakangnya, seperti kinerja pemerintahan, efektivitas oposisi, dan sebagainya,” kata Charles.
Justru, kata Charles, oposisi terancam tidak laku manakala kinerja pemerintahan Jokowi-JK makin memuaskan rakyat.
“Apalagi jika kritik-kritik yang dilancarkan oposisi tidak substantif dan tidak rasional,” ujarnya.