Ngelmu.co – Acara Rembuk Nasional Aktivis 98 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (7/7), diinisiasi oleh Sayed Junaidi Rizaldi. Adapun tujuan acara Rembuk Nasional Aktivis 98 adalah untuk mendeklarasikan dukungan terhadap Presiden Joko Widodo.
Diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang menjadi lagu pembuka acara Rembuk Nasional Aktivis 98. Diketahui, acara Rembuk Nasional Aktivis 98 itu dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Selain itu, dihadiri juga oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Ketua DPD Oesman Sapta Odang, Politikus Hanura Benny Ramdhani, politikus PDIP Adian Napitupulu, dan Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi, dan Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin.
Baca juga: Acara Rembuk Berbuah Fitnah pada Anies Baswedan
Dilansir dari kumparan yang merangkum fakta-fakta yang terjadi sebelum dan sesudah Aksi Rembuk Nasional Aktivis 98 adalah sebagai berikut:
1. Beredar surat larangan penggunaan Monas untuk Aksi Rembuk Nasional Aktivis 98 yang merupaka hoaks
Sebelum acara digelar, beredar surat hoaks yang mengatakan bahwa ada pelarangan acara Rembuk Nasional Aktivis 98 dilakukan di Monumen Nasional. Surat itu bernomor 002/Rembuknas 98/VI/2018 dan seolah-olah terlihat ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Anies membantah telah menandatangi surat tersebut. “Itu hoaks. Saya tidak pernah tanda tangan.”
Adapun yang mengunggah surat hoaks itu pada awalnya adalah akun @INTAN94OK di Twitter pada Rabu (4/4). Dalam unggahannya tersebut, akun @INTAN94OK mempertanyakan kepada Anies mengapa acara tersebut dilarang dilakukan di Kawasan Monas.
Kemudian, pada hari Sabtu (7/7), @INTAN94OK yang telah mengganti username Twitternya menjadi @BUNDA94OK, menyampaikan permintaan maafnya atas surat hoaks yang ia posting sebelumnya. Dirinya mengaku salah dan ceroboh telah menyebarkan surat hoaks tersebut.
“Teman-teman aku minta maaf kalau memang twitku yang tempo hari dianggap hoaks. Bukan maksudku menyebar hoaks mungkin cuma kesalahan dan kecerobohanku. Sekali lagi mohon maaf pada Pak @aniesbaswedan,” tulis @BUNDA94OK.
2. Mendukung Jokowi dua periode
Aktivis ’98 saat acara berlangsung, mendeklrasikan dukungan terhadap Jokowi di Pilpres 2019. Salah satu aktivis ’98 yang hadir, Wahap Tolauhu menyatakan dukungan ini diberikan aktivis 98 karena menilai Jokowi memiliki komitmen yang kuat untuk mewujudkan cita-cita reformasi 1998.
“Karena kita semua yakin bahwa Ir. Joko Widodo memiliki komitmen kuat untuk mewujudkan cita-cita reformasi 1998,” kata Wahap.
Pada kesempatan itu juga Wahap bahkan menyebut Jokowi sebagai ‘anak kandung reformasi’. Julukan itu diberikan kepada Jokowi karena menilai mantan Gubernur DKI ini tidak memiliki rekam jejak kejahatan ekonomi dan kemanusiaan.
Baca juga: Jokowi Tutup Rembuk Nasional Aktivis 98
3. Kaos OSO Group dan #2019TetapJokowi
Di lapangan terlihat para peserta aksi yang hadir terlihat kompak memakai kaus yang bertemakan melawan Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme.
Selain itu, ternyata dari kerumunan para peserta terlihat beberapa peserta yang memakai baju berwarna kuning mirip corak Partai Hanura dan tercantum tulisan OSO Group di bagian belakang kaus itu.
Diketahui bahwa Oesman Sapta Odang (OSO) adalah Ketum Hanura, partai pendukung pemerintah. Tambahan lagi, tak hanya kaus OSO Grup, ada juga kaus yang dipajang dalam beberapa mobil dengan tulisan #2019TetapJokowi.
4. Massa Lansia Dibayar Rp. 100 ribu untuk ikut aksi
Acara yang diadakan oleh sekolompok orang yang mengaku aktivis 98 itu nampaknya tidak semua datang dan berkaitan dengan aktivis 98. Setelah ditelusuri di lapangan, ternyata hasilnya sebagian tidak ada kaitannya.
Pada acara yang berbuah dukungan untuk Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang, ternyata terdapat pula massa lansia. Seorang peserta lansia yang bernama Yayan (70) mengaku bahwa ia tak mengetahui ada kegiatan Rembuk Nasional Aktivis 98. Pria tua yang berasal dari Bandung ini awalnya diberitahu untuk datang ke acara itu jika ingin bertemu dengan Jokowi.
“Kalau acaranya kurang tahu ada (Rembuk) tapi dikasih tahu mau ke Jakarta dan ketemu Jokowi aja. Saya dikasih tahu tetangga saja, kemudian bajunya dibagi-bagi panitia,” ujar Yayan kepada kumparan.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Delton, pria berusia 22 tahun ini mengaku juga ditawari salah satu pengurus partai bertemu Jokowi bukan untuk mengikuti kegiatan rembuk nasional aktivis ’98.
“Kita diajak orang partai untuk berangkat ke Jakarta, ya kita ikut anggap sekalian jalan-jalan,” kata Delton.
Baca juga: Demi Rp 100 Ribu dan Ketemu Jokowi, Lansia Ini Ikut Rembuk Aktivis ’98
5. Tidak mewakili suara alumni aktivis 98
Alumni aktivis 98 sekaligus seorang politisi dari Partai Gerindra, Desmond Mahesa, menyatakan bahwa acara Rembuk Nasional Aktivis 98 sama sekali tidak mewakili keseluruhan suara dari alumni aktivis 98.
“Nggak (mewakili) lah,” kata Desmond
Desmond juga menyoroti pengunjung yang menghadiri acara tersebut. Menurut Desmond, dari pengunjung yang hadir tidak memperlihatkan mereka merupakan alumni dari aktivis 98. Desmond pun menungkapkan bahwa seharusnya sejarah 98 jangan diobral murah..