Nama Ustadz Abdul Somad (UAS) makin moncer hari-hari ini. Rekomendasi Ijtima’ Ulama yang dikuatkan oleh Mudzakaroh Ulama di Tasikmalaya yang menjadikannya salah satu cawapres, jadi asbabnya. Ramai-ramai publik mendorong hingga “memaksanya”, seperti terlihat di Indonesia Lawyer Club (ILC), tadi malam.
Ini adalah fenomena istimewa. Langka dan sulit terulang. Semua kelompok sekarang berharap banyak pada UAS, da’i asal Riau yang bertubuh kurus dan berwajah tirus. Nama UAS sendiri baru satu tahun terakhir melambung. Membetot perhatian umat karena isi ceramahnya yang bernas, lintas mazhab dan tegas. UAS menjelma jadi sosok ulama yang dirindukan umat di tengah krisis kepemimpinan dan keteladanan yang berada di titik nadir.
Umat tentu saja tidak salah. Dari berbagai sisi, UAS memang pas. Dia hadir di saat yang tepat. UAS adalah pertemuan antara kegelisahan umat dan kebutuhan bangsa. Apalagi Ijtima’ Ulama sudah merekomendasikannya. Ini mempertegas bahwa UAS memang sosok yang dirindukan umat.
Yang salah adalah ketika ada di antara kita yang mendorong UAS menerima Ijtima’ Ulama karena alasan asal bukan PKS. Seperti diketahui, selain UAS, ada nama Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al Jufri yang juga direkomendasikan Ijtima’ Ulama sebagai cawapres. Bahkan disebut sebelum UAS.
Buruk sangkakah saya? Kalau melihat gelagatnya, dugaan saya bisa jadi benar. Itu dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan yang terlontar. Dari mulai elektabilitas Habib Salim yang rendah, tidak dikenal, PKS jangan ngotot dan sebagainya. Lalu memojokkan PKS dengan mengopinikan membawa-bawa ulama karena nama kadernya ada dalam rekomendasi.
Apa saya sedang membela PKS? Tidak juga. Saya hanya ingin menyadarkan umat bahwa kalau urusan legowo dan buat kemaslahatan umat serta bangsa, PKS sudah lulus. Singkat kata: PKS siap berkorban demi umat dan bangsa meski tanpa Ijtima’ Ulama sekalipun. Ada Pilkada DKI Jakarta dan Jabar yang jadi bukti tak terbantahkan.
Di sisi lain, PKS secara jelas menyatakan siap mendukung Ijtima’ Ulama dan itu artinya tak masalah jika UAS jadi cawapres Prabowo. Bukankah Habib Salim sendiri juga mengatakan bahwa UAS lebih tepat jadi RI 2?
Tulisan ini sengaja dibuat agar kita meluruskan niat dalam mendukung UAS, jika memang ada. Singkirkan niat yang bengkok. Buang jauh-jauh rasa hasad atau dengki. Mengapa?
Karena nama Prabowo, Habib Salim dan UAS dilahirkan dari rahim Ijtima’ Ulama yang bersih. Mereka, para ulama itu memiliki bashirah tersendiri. Ada munajat doa, zikir, dan airmata di atas sajadah saat mereka melakukan Ijtima’.
Jika kemudian kita mengotorinya dengan syahwat politik dan egoisme kelompok atau partai, saya tak yakin #2019GantiPresiden. Sebab kita mengawalinya dengan niat yang tak lurus.
Dukung terus Ijtima’ Ulama. Juga dorong terus UAS agar mau maju. Jika tetap menolak, kita pun harus legowo ketika yang tersisa hanya nama Habib Salim. Lakukan semuanya dengan ketulusan dan urusnya niat. Sebab itulah kunci kemenangan kita.
#2019GantiPresiden
#SiapIkutUlama
#LuruskanNiat
Erwyn Kurniawan
Penulis dan Jurnalis