Apa jenis kelamin para pelaku persekusi terhadap aktivis #2019GantiPresiden Neno Warisman?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, kita harus tahu dulu pangkal persoalan persekusi terhadap Neno Warisman. Setidaknya alur ceritanya.
Kehadiran Bunda Neno, begitu Neno Warisman akrab disapa orang terdekatnya, di Pekanbaru ditolak oleh sekelompok massa pada Sabtu (25/8/2018) kemarin.
Sebenarnya, Bunda Neno tiba di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru pada sore kemarin. Hajatnya tak lain untuk menghadiri kegiatan kegiatan deklarasi #2019GantiPresiden di kota itu.
Bunda tertahan di dalam mobil dan tak bisa keluar dari area Bandara. Apa pasal? Pegiat #2019GantiPresiden itu diadang oleh massa yang menolak kedatangannya di area luar gerbang Bandara.
Usai tertahan di dalam mobil hingga circa pukul sepuluh tengah malam, Neno dibawa kembali ke dalam bandara dan diterbangkan lagi ke Jakarta. Pihak berwajib memudahkan pemulangan itu dan mengklaimnya sebagai upaya menjaga wilayah itu tetap kondusif.
Kasus itu bukan peristiwa perdana yang dialami Bunda. Teringat di Batam, Kepulauan Riau, pada 28 Juli lalu. Bunda Neno bersama rombongannya diadang oleh sekelompok massa saat hendak menghadiri deklarasi #2019GantiPresiden.
Neno dicegat massa yang menolak kedatangannya di luar Bandara Hang Nadim. Neno, yang tiba di bandara itu kira-kira pukul lima sore, tertahan di sana sebelum sampai akhirnya keluar dari Bandara tengah malam.
Dari dua peristiwa di atas siapa yang melakukannya? Susah untuk tidak mengatakan yang melakukan adalah para laki-laki, yang memiliki tenaga lebih.
“Laki-laki kok beraninya sama perempuan?”
Jangan bertanya. Fakta sudah berbicara di lapangan. Tetap mereka jenis kelaminnya laki-laki. Soal sikap kelelakian, itu perkara lain yang mungkin tak ada dalam kamus mereka. Barangkali akan ada tagar susulan, #2019GantiKelamin!
Oleh: @paramuda