Ngelmu.co – Kurs median (tengah) Bank Indonesia mencatat rupiah di level Rp 14.896 per dolar AS. Dengan nilai kurs tengah Rp 14.896 per dolar, itu artinya melampaui target pemerintah dalam asumsi makro APBN 2018 Rp 13.400 per dolar AS. Terkait nilai rupiah yang tak jiga menguat, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa target lifting minyak yang tak tercapai dan terus menurun merupakan faktor nilai rupiah yang lemah.
Sri Mulyani menyebutkan bahwa target lifting minyak yang tak tercapai dan terus menurun cukup mengganggu pemulihan nilai tukar rupiah. Sri Mulyani menyatakan bahwa pemicu pelemahan rupiah saat ini bukan berasal dari kondisi makro ekonomi. Sebab, menurut Sri Mulyani, momentum perekonomian Indonesia malah terus menguat.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa perrkonomiam Indonesia terus menguat bisa dilihat dari sektor perbankan yang menunjukkan kinerja positif dengan penyaluran kredit yang naik dari 6 persen menjadi 11 persen per tahun sejak 2008. Rasio kecukupan modal, kata Sri Mulyani, juga berada di atas 22 persen dan rasio kredit macet di bawah 2,7 persen hingga semester pertama 2018.
Baca juga: Sri Mulyani Sebut Setiap Dolar Naik Rp 100, Uang Negara Tambah Rp1,6 T
“Jadi ekonomi momentum positif dan menguat, namun permintaan impor melonjak tinggi, produksi minyak tidak menunjukkan perbaikan,” kata Sri Mulyani, di Denpasar, Bali, Selasa sore, 18 September 2018, dikutip dari Tempo.
Sri Mulyani menyampaikan bahwa saat ini lifting minyak mengalami penurunan hingga 35 persen dibanding kondisi 12 tahun lalu. Padahal, 12 tahun lalu, lifting minyak bisa mencapai 1 juta barel per hari (BOEPD), tapi kini jeblok menjadi 750 barel per hari (BOEPD).
Oleh karena itu, kata Sri Mulyani, tantangan yang dihadapi oleh negara adalah bagaimana menjaga momentum pertumbuhan ekonomi tapi dengan neraca pembayaran, terutama bidang perdagangan, ekspor minus impor menurun.
Sedangkan, di lain sisi, Amerika Serikat juga terus menaikkan suku bunga dan likuiditas dolar AS terus diperketat.
Sejumlah faktor tersebut yang dikatakan Sri Mulyani yang membuat pemerintah mengambil beberapa kebijakan fiskal dan moneter. Selain menurunkan impor migas, pemerintah mendorong peningkatan ekspor segala komoditas. Sri Mulyani mengatakan bahwa insentif untuk investasi juga akan semakin ditingkatkan sehingga perekonomian Indonesia bisa aman dari guncangan ekonomi dunia yang terjadi saat ini.