Ngelmu.co – Para pelaku usaha ritel, Peritel, curhat tentang kerugian ratusan miliar bahkan kini barang-barang mereka dijarah juga.
Peritel meminta pemerintah dan aparat keamanan, untuk menindak pelaku penjarahan berbagai toko ritel yang porak poranda akibat dilanda bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, khususnya di Donggala dan Palu.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah mengungkapkan rasa prihatinnya atas kejadian yang terjadi di Palu dan sekitarnya.
“Namun kami pun sangat menyayangkan terjadinya penjarahan di pusat perbelanjaan, yang dialami oleh sebagian anggota kami.” kata Budihardjo, Senin 1 Oktober 2018, dikutip dari Viva.
Budihardjo menyatakan bahwa aksi penjarahan tersebut merupakan tindakan kriminal. Oleh karena itu, Hippindo meminta dukungan penuh dari pemerintah dan para pihak yang berwenang, untuk segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengamankan keadaan dan mencegah terulangnya kejadian penjarahan di berbagai pusat perbelanjaan dan toko-toko lainnya. Menurut Budihardjo, upaya yang perlu dilakukan adalah upaya-upaya agar ekonomi di Palu dan Donggala bisa segera bangkit kembali.
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia atau Aprindo, Roy Nicholas Mandey juga turut menyayangkan pernyataan dan sikap pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang sempat yang memberikan izin bagi masyarakat untuk mengambil barang di toko Ritel yang ada di Palu dan Donggala. Bahkan, hal tersebut dilakukan tanpa koordinasi lebih dahulu dengan para pemilik usaha atau managemen maupun menghubungi Aprindo sebagai asosiasi pengusaha toko modern.
Menurut Roy keputusan tersebut tidak mendidik masyarakat di samping itu pemerintah seolah-olah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertindak di luar tata kerama, moral, etika, multi tafsir dan kurang berbudaya. Padahal, peritel modern telah turut pula selama ini memberikan kontribusi bagi kemajuan dan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Update terakhir sampai saat ini telah terjadi pengambilan barang oleh masyarakat di 40 gerai Alfamart dan satu gerai Hypermart di Kota Palu,” tutur Roy.
Roy mengungkapkan bahwa Aprindo sendiri mencatat adanya kerugian sekitar Rp450 miliar yang dialami oleh anggota-anggota Aprindo yang memiliki gerai toko modern, seperti Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi dan lainnya di Poso, Palu, dan Donggala. Adapun kerugian tersebut meliputi kerusakan bangunan, display barang dagangan dan stok barang di gudang. Serta sedikitnya lima orang korban jiwa dari para penjaga toko akibat gempa dan tsunami yang melanda wilayah tersebut.