Terpaut 21 hari antara hari santri dengan kesaktian Pancasila. Mungkin lebih baik bila hari santri tak perlu jauh-jauh dari tanggal 1 Oktober. Karena santri, ulama, pesantren, serta umat Islam juga korban kebiadan PKI 53 tahun lalu.
Pada film G30S/PKI ditayangkan bagaimana kader partai komunis mengobrak-abrik rumah ibadah umat Islam serta menginjak-injak dan mencabik Al-Qur’an. Dalam buku “Ayat-ayat yang Disembelih” karya Anab Afifi dan Thowaf Zuharon juga dikisahkan kekejian kaum tak bertuhan kepada santri.
Itu lah sejarah. Dan sebagaimana perkataan orang bijak, sejarah akan terus berulang.
Lalu kita dapati saat ini, mendekati hari santri beredar video penistaan agama oleh komedian yang tak punya bahan untuk tampil lucu selain dengan mengolok-olok agama. Sebentuk provokasi terhadap umat Islam terulang.
Anda tak perlu menjadi kader partai komunis, karena memang partai yang diketuai DN Aidit itu telah dibubarkan. Tetapi cukup dengan mengolok-olok dan memprovokasi umat beragama, Anda sudah menerapkan cara-cara PKI di Nusantara.
Ketika santri bergelut dengan kitab Matan Abu Syuja mempelajari fiqh dan halal haram, tiba-tiba ada yang membuat lelucon dengan daging babi dan syariat Islam. Tentu bila orang itu hidup 53 tahun lalu ia akan bergabung dengan PKI untuk berbuat yang lebih kejam lagi kepada santri.
Sedihnya, olok-olok terhadap Islam mendapat perlindungan dari sekelompok orang yang mengaku berasal dari pesantren. Mantan penyanyi cilik yang menyulut kemarahan umat muslim mendapat keamanan setelah bertemu organisasi yang bermakna “penolong” – yang harusnya menolong umat Islam, bukan penghina agama.
Penista lain juga aman dengan puisinya yang merendahkan jilbab dan syariat. Lantas tampil lah sesosok yang diulamakan berkata, “bisa memaklumi permohonan maaf beliau (Sukmawati),” dan “Kalau bisa menghentikan upaya di pengadilan, Bareskrim. Dan kita kembali membangun keutuhan bangsa dan negara.”
Tak ada efek jera terhadap para penista agama. Makanya akan selalu muncul orang-orang yang lancang dan memprovokasi umat Islam. Dan semakin berani melancarkan intimidasi verbalnya di sekitar hari santri.
Ini lah masa-masa “kesaktian” Pancasila diuji kembali. Karena dasar negara itu adalah pelindung bagi kerukunan umat beragama. Semoga perubahan zaman tidak menggerus “kesaktian” si Burung Garuda.
Selamat hari santri. Ayo lawan penistaan agama!
Zico Alviandri