Ngelmu.co – Tim SAR mulai berhasil menemukan dan mengangkat bagian penting, yaitu seperti seperti Flight Data Recorder (FDR) hingga serpihan pesawat. dari pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. Bagian penting inilah yang mulai diteliti oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Data dari FDR pun telah berhasil diunduh. Berdasarkan data unduhan dari FDR, ditemukan sejumlah fakta terkait jatuhnya Lion Air JT-610 itu mulai terungkap. Namun, memang data ini belum dianalisis lebih jauh dan belum bisa menunjukkan penyebab jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 itu.
Berikut adalah empat temuan KNKT terkait penyebab jatuhnya Lion Air JT-610:
1. Mesin Masih Aktif saat Jatuh dengan Kecepatan Tinggi
KNKT memperkirakan mesin Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 masih aktif menyala saat jatuh dan masuk ke dalam perairan Karawang. Perkiraan tersebut didapatkan dari temuan mesin yang berhasil diangkat oleh tim SAR. Temuan tersebut menyatakan bahwa kondisi mesin dalam keadaan baik.
“Dari mesin ini kami bisa mengambil suatu kondisi di mana saat mesin ini menyentuh air ini dalam keadaan hidup. Hal ini ditandai dengan hilangnya semua turbin dan kompresor. Mesin ini hidup dengan putaran yang cukup tinggi boleh kami katakan dari mesin ini tidak ada masalah,” kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11). dikutip dari Kumparan.
2. Pesawat Pecah saat Menyentuh Perairan
Serpihan badan pesawat membuat sejumlah spekulasi. Spekulasi itu mengatakan bahwa pesawat meledak lebih dulu baru jatuh ke air. Namun spekulasi pesawat meledak sebelum jatuh ke air dibantah oleh KNKT.
Hasil penemuan KNKT menunjukkan bahwa pesawat jatuh dalam keadaan utuh dan pecah saat menyentuh perairan. Hal itu yang ternyata menyebabkan serpihan pesawat ditemukan dalam kecil-kecil.
“Pesawat mengalami pecah ketika bersentuhan dengan air, dan pesawat tidak pecah di udara. Pesawat menyentuh air dalam keadaan utuh. Serpihan sedemikian rupa kecil-kecil energi yang dilepas sangat luar biasa. Tadi dikatakan kepala Basarnas serpihan tersebar 250 meter itu menandakan titiknya di situ. Berjarak kurang lebih 1,8 kilometer dari posisi kapal,” ucap Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono dalam paparan kepada keluarga korban di Hotel Ibis, Jakarta, Senin (5/10).
3. Airspeed Indicator Rusak
Lion Air JT-610 mengalami kerusakan dibenarkan oleh KNKT. Dari data FDR, KNKT mengungkapkan bahwa pesawat mengalami kerusakan pada airspeed indicator. Terungkap juga jika airspeed indicator yang rusak juga terjadi pada 3 penerbangan berturut-turut sebelum pesawat Lion Air JT-610 akhirnya jatuh.
“Sebelum ada data faktual, KNKT tidak pernah menduga. Kami hanya bisa berbicara berdasarkan fakta. Kami melihat ada beberapa, kita sudah akui bahwa penerbangan dari Denpasar ke Jakarta ada masalah teknis. Ternyata begitu kita buka black box-nya ternyata masalah teknis itu adalah kecepatan (airspeed),” kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di Gambir, Jakarta Pusat, Senin (5/11).
Kerusakan pada airspeed indicator Lion Air JT-610 tidak hanya terjadi saat pesawat melayani penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang, tapi juga kerusakan pada airspeed indicator ini juga terjadi pada 3 penerbangan berturut-turut yang dijalani oleh pesawat ini.
“Pada 4 penerbangan sebelum kecelakaan ada kerusakan pada airspeed indicator. Kita akan meneliti lebih lanjut bagaimana perbaikan yang dilakukan dan bagaimana pilot menerbangkan selama pesawat mengalami kerusakan,” kata Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT, Kapten Nurcahyo Utomo, di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Senin (5/11) sore.
Selain itu, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan bahwa KNKT sedang meneliti bersama Boeing dan NTSB (National Transportation Safety Board) untuk mendetailkan kerusakan pada penunjuk kecepatan pada airspeed indicator pada 4 penerbangan terakhir karena berhubungan dengan masalah keselamatan. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyatakan bahwa pihaknya sedang merancang apa yang harus dilakukan perbaikan.
4. Data Radar Sama dengan FDR
Diketahui bahwa sesaat setelah Lion Air JT-610 jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, sejumlah gambar menunjukkan bagaimana pesawat terbang sampai akhirnya hilang dari radar. KNKT pun menemukan data serupa.
Penemuan KNKT didapatkan dengan mengunduh FDR. Dalam data unduhan tersebut muncul data perjalanan pesawat selama 69 jam dengan 19 penerbangan. Data yang ditunjukkan pada penerbangan terakhir pun sama dengan data radar yang sudah beredar sebelumnya.
“Dari gambar ini kami hanya bisa tahu bahwa penerbangan ini sesuai dengan berita yang beredar di media apa yang selama ini masyarakat sudah ketahui dari Radar24, kaitannya kira-kira mirip dengan data yang sudah kami peroleh dari FDR,” kata Nurcahyo Utomo di Gedung KNKT, Jalan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Minggu (4/11).
Meski sudah memiliki data dari FDR, KNKT mengatakan bahwa pihaknya masih membutuhkan rekaman pembicaraan dalam kokpit yang tersimpan dalam bagian lain dari black box, yakni cockpit voice recorder (CVR).