Ngelmu.co – Aktivitas vulkanisme Anak Gunung Krakatau ditengarai menjadi penyebab tsunami yang menerjang Banten dan Lampung, Sabtu (22/12). Hal tersebut membuat BMKG meminta agar masyarakat di sekitar pantai di Selat Sunda untuk tidak mendekati bibir pantai sepanjang Selat Sunda dan tetap waspada.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar menilai aktivitas vulkanisme Anak Gunung Krakatau tersebut masih berbentuk dugaan. Meski Rudy mengatakan bahwa frekuensi vulkanik dari aktivitas Anak Gunung Krakatau terus meningkat sejak 29 Juni 2018. Lebih lanjut, Rudy menyatakan bahwa ia belum dapat memastikan sampai kapan aktivitas frekuensi vulkanik tersebut meningkat.
“Hari ini frekuensinya masih sekitar 50-60 skala sesmograf yang kita lakukan. Itu meningkat sama dengan letusan-letusan sebelumnya,” papar Rudy, Minggu (23/12), dikutip dari Kumparan.
Baca juga: Kabar tentang Sapuan Maut Tsunami Anyer Mendunia
Sementara itu, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Gedung BMKG, mengimbau agar masyarakat di wilayah Selat Sunda untuk tidak mendekati bibir pantai. Apalagi, kata Rahmat, adanya peningkatan aktivitas vulkanisme dari Anak Gunung Krakatau.
“Apalagi di Selat Sunda, kalau memang itu ada peningkatan aktivitas vulkanik lebih waspada lagi karena dampaknya ada gelombang tinggi, ditambah tsunami. Kalau digabung pada saat bersamaan, itu menimbulkan tinggi tsunami yang signifikan dan dampaknya luar biasa,” kata Rahmat di Jakarta Pusat, Minggu (23/12), dikutip dari Kumparan.
Menurut Rahmat, pihak BMKG sebelumnya telah mengeluarkan peringatan adanya gelombang tinggi di sekitar Selat Sunda dan peringatan itu berlaku sejak tanggal 22 Desember hingga 25 Desember mendatang.
“Yang pasti BMKG setelah mengeluarkan warning adanya gelombang tinggi dari tanggal 22 Desember sampai 25 Desember tentunya masih berlaku. Masyarakat di sekitar pantai yang berlibur untuk tidak bermain-main sekitaran pantai,” kata Rahmat.
Adapun update terbaru dari jumlah korban jiwa tsunami di Selat Sunda, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa sampai dengan Minggu (23/12) pukul 10.00 WIB sudah ada 62 orang yang meninggal dunia.