Opini  

Pelajaran untuk Para Orang Tua

Ngelmu.co – Kisah ini muncul saat Deddy Corbuzier menjemput anaknya, Azkanio Nikola Corbuzier (Azka), di sekolah. Semoga bisa menjadi pelajaran berharga.

Azka: Pa, tadi lomba renang, aku ada di urutan kelima
Deddy: Wow! I’m so proud of you, you are amazing!
Azka: Yeay!

Mendengar hal itu, keluar komentar dari kumpulan ibu-ibu di belakang Deddy dan berkata, “Tandingnya ‘kan per 6 orang, masa anaknya urutan kelima malah bangga? Anak saya saja urutan ketiga saya bilang payah. Nanti jadi malas lho, Mas Ded”.

Deddy: Hahaha Iya ya? Wah saya soalnya waktu kecil diajari Ayah dan Ibu saya, kalau tujuan renang itu ya supaya gak tenggelam saja sih, bukan supaya duluan sampai tembok. Hehehe.

Ibu-Ibu: Ah Mas Ded bisa saja. Jangan gitu, Mas ngajar anaknya. Benar deh, nanti jadi malas.

Deddy: Hahaha, Azka gak malas kok, Mbak. Tenang saja. Kemarin, matematikanya juara 3, caturnya? Saya saja kalah sekarang kalau lawan dia. Eh, anyway, Mbak, saya juga gak masalah punya anak malas di hal yang dia gak bisa atau gak suka, yang penting dia usaha. Daripada anak rajin tapi stres, punya ibu yang stres juga, marahi anaknya cuma karena dapat juara 3 lomba renang?

Ibu-ibu: Hehehe, Mas Ded, saya jalan dulu, yaa.
Deddy: Gak renang saja, Mbak?

Keadaan pun senyap seketika. Kejadian tersebut benar adanya, tidak diubah sedikit pun. Namun, apa yang sebenarnya terjadi secara gamblang?

Tahukah si Ibu kalau Azka luar biasa di bidang Catur? Dan apakah penting untuknya mengetahui hal itu? No! Sama seperti Renang.

Atau tahukah si Ibu kalau Azka juga mendalami bela diri yang cukup memukau di banding anak seusianya?

Atau Azka … Atau Azka …

Masih banyak kelebihan Azka lainnya, sama dengan kalian, siapapun di manapun berada, pasti punya kelebihan masing-masing.

Nah, setiap anak yang pasti memiliki kelebihan, juga punya kelemahan. Kalau para orang tua memaksa anak untuk jadi sempurna di semua bidang, serta menerapkannya dengan paksaan, maka hanya dua hal yang akan terjadi.

Anak jadi stres dan benci dengan hal tersebut, atau si anak sukses di hal tersebut, tapi justru membenci orang tuanya. Seperti apa yang terjadi dengan Michael Jackson.

Jadi, kalau kamu orang tua, coba lihat apa yang baik di diri anak dan maksimalkan di sana, tanpa paksaan.

Sedangkan kalau kamu yang membaca ini ada di posisi anak, coba komunikasi ‘kan apa yang kamu suka dengan kedua orang tua-mu.

Ingat, mengajar anak dengan kekerasan, tidak akan menghasilkan apa pun. Memarahi anak karena pelajaran adalah hal yang bodoh.

Saya, sampai sekarang masih bingung mengapa naik atau tidak naik kelas menjadi momok bagi orangtua. Karena siapa sih yang menjamin anak yang selalu naik kelas, kelak jadi sukses?

Sebab saya (Deddy Corbuzier), dua kali tidak naik kelas. Tapi saya bangga mengakuinya.

Ayah saya ambil raport, dan hasilnya merah semua. Dia tertawa, kemudian berkata, “Kamu belajar sulap tiap hari ‘kan? Sampai gak belajar yang lain,”

“Iya, Pa,” jawab saya.

“Sulapnya jago. Belajarnya naikin yuk! Gak usah bagus, yang penting 6 saja nilainya.. Ok? Pokoknya kalau nilai kamu 6, Papa beliin alat sulap baru. Gimana?” tegur Ayah saya santai.

Wow! Target saya cuma 6! Bukan 8, 9, apalagi 10!

Ini mudah, dan sangat membantu saya. Saya dan Ayah memang punya komunikasi yang baik. Syukurnya, Ibu saya pun mendukung hal tersebut. Lantas, apa yang mereka dapat sekarang?

Anaknya yang nilainya tidak pernah lebih dari 6 atau 7, tetap sekolah, kuliah, bahkan jadi dosen tamu untuk mengajar di beberapa kampus.

Anaknya jadi seseorang yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya, pesulap terbaik di dunia (Merlin Award Winner, penghargaan tertinggi dalam seni sulap tingkat dunia)! Dua kali berturut-turut!

[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Sistem Zonasi Sekolah ala Jepang
[/su_box]

Tapi bagaimana yang terjadi kalau saat itu (saat nilai saya merah) saya dihukum, dimarahi, bahkan dilarang untuk bermain sulap lagi?

Mungkin pekerjaan saya jauh dari kata sukses sekarang. Jadi mulai sekarang, berhenti marahi anak karena nilai pelajarannya, atau karena ‘ke-unikannya’.

Kita bisa bantu cari apa yang mereka suka, dan kita dukung di situ. Karena kamu tidak akan pernah tahu apa yang akan membawanya sukses di masa depan. Tak ada yang tahu pada akhirnya, mungkin mereka juga akan mengejutkanmu nanti.