Ngelmu.co – Kabar kurang menyenangkan terus mengudara, mulai dari beberapa gerai Giant yang ditutup, dan kebijakan Krakatau Steel (KS) mengurangi karyawan, seolah membuat gelombang PHK semakin dekat. Belum lagi, hingga akhir Mei 2019, total defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menginjak angka 0,79 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau sebesar Rp127,5 triliun. Akankah ketiga hal ini mengantarkan Indonesia pada krisis?
Setidaknya, ada 6 gerai Giant yang dikabarkan akan berhenti beroperasi, per 28 Juli mendatang, yakni Giant Express Cinere Mall, Giant Express Mampang, Giant Express Pondok Timur, Giant Extra Jatimakmur, Giant Extra Mitra 10 Cibubur, dan Giant Extra Wisma Asri.
Karena inilah, anak usaha (jaringan bisnis) dari PT Hero Supermarket Tbk (HERO) itu menebarkan diskon, sembari melampirkan tiga kalimat, yakni ‘Kami Tutup Hanya di Toko Ini’, ‘Diskon Semua Harga’, dan ‘Semua Harus Terjual Habis’.
Hero sebagai induk Giant, belakangan ini memang menjalani bisnis dengan berdarah-darah. Rugi bersih yang dibukukan perseroan terus membengkak, meski pihaknya sudah mencoba berbagai cara untuk menyelamatkan bisnis.
Kerugian yang dialami sepanjang 2018 pun meningkat tajam. Nilai Rp 191,41 miliar di tahun 2017, meningkat hingga Rp 1,25 triliun.
Setali tiga uang, pengurangan jumlah karyawan KS, diklaim sebagai strategi perusahaan plat merah ini, agar dapat terus beroperasi.
Melansir RMOL, hingga tahun 2022 mendatang, KS disinyalir akan mengurangi jumlah karyawan sebanyak 1.300 orang dan posisi 4.352 orang, dari yang sebelumnya 4.453 orang karyawan, dan 6.264 orang posisi.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Banyak Gerai Giant Tutup, Gelombang PHK di Depan Mata?
[/su_box]
Bahkan dalam surat yang sudah ditandatangani oleh Direktur SDM PT KS Rahmad Hidayat, disebutkan PT KS akan melakukan pemetaan fungsi pekerjaan utama serta penunjang, dan merekomendasikan posisi yang memungkinkan kepada pihak ketiga atau adanya metode lain yang sesuai dengan undang-undang.
Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku masih menebak-nebak apakah defisit APBN menjadi salah satu pertanda ekonomi melemah.
“Defisit agak meningkat waktu ekonomi drop. Waktu ekonomi membaik maka defisit mengecil. Sampai Mei defisit tidak mengikuti arah atau agak sedikit meningkat. Inilah yang kami harus lihat tanda-tanda ekonomi apakah menguat atau apa ada tanda-tanda pelemahan,” tuturnya, Jumat (21/6), seperti dilansir CNBC.