Ngelmu.co – Nama Ustadz Hanan Attaki (UHA) menjadi semakin ramai diperbincangkan, karena kehadirannya diprotes oleh Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser–badan otonom NU dari Gerakan Pemuda Ansor), Tegal, Ahad (7/7) kemarin. Namun, sebenarnya siapakah UHA? Dan seperti apa sosoknya di mata orang terdekat dan para pendengar dakwahnya?
Melansir dari berbagai sumber, pria kelahiran Aceh, 31 Desember 1981 itu, lekat dengan anak muda. Karena ia juga terbiasa menyampaikan materi ceramahnya melalui media sosial, baik Facebook, Twitter, Instagram, hingga YouTube. Maka tak heran, jika ia menjadi salah satu sosok penceramah yang di-idolakan para generasi muda.
Bernama lengkap Tengku Hanan Attaki, sejak kecil UHA sudah terbiasa dekat dengan Alquran. Bahkan, ia pernah memenangkan lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) di daerahnya, saat masih duduk di bangku sekolah dasar.
Usai lulus dari Pondok Pesantren Ruhul Islam Banda Aceh, UHA mendapat beasiswa ke Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, dan kuliah di Fakultas Ushuluddin, jurusan Tafsir Alquran. Semasa itu, ia dipercaya untuk menjadi pemimpin redaksi dari buletin Salsabila.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan hidup, UHA membangun usaha mandiri. Ia pernah berjualan bakso, bisnis katering, bahkan hingga menjadi ‘joki’ Hajar Aswad, bagi mereka yang sedang berhaji.
Di sana pula, UHA bertemu dengan jodohnya, Haneen Akira, yang kini menjadi istrinya, ibu dari ketiga anak mereka (Maryam, Aisyah, dan Yahya). UHA dan Haneen menikah saat mereka masih sama-sama menempuh pendidikan di Al Azhar, Kairo, Mesir.
Ia menamatkan kuliahnya dan mendapatkan gelar Lc (License), di tahun 2004 lalu. Sementara pada 2005, UHA terpilih menjadi qori terbaik Fajar TV, Kairo, dan mengisi acara tilawah di stasiun televisi Fajar serta Iqro.
Usai menyelesaikan pendidikan, UHA kembali ke tanah air, dan memilih Bandung sebagai tempat tinggalnya bersama keluarga tercinta.
Ia bekerja sebagai pengajar SQT Habiburrahman dan Jendela Hati. UHA juga menjabat sebagai Direktur Rumah Quran Salman di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Maret 2015, ia mendirikan Gerakan Pemuda Hijrah (@shiftmedia.ia), yang kemudian dijadikan sebagai salurannya untuk berdakwah (pun di media sosial).
UHA juga kerap mengisi kajian di Masjid Trans Studio Bandung. Jamaahnya yang mayoritas pemuda, menilai UHA sebagai sosok yang menyampaikan ceramah dengan cara lain, menarik, dan mudah dipahami.
Bukan tanpa alasan UHA banyak dikenal generasi milenial, tetapi karena gaya ceramahnya memang kerap menggunakan bahasa ‘kekinian’.
Gaya pakaiannya pun sangat dekat dengan khas anak muda, seperti kaus dengan kemeja flanel, serta kupluk atau topi snapback yang menempel di kepalanya.
Pakaian ‘dinas’-nya saat berceramah ini, memang tak terlihat seperti kebanyakan pada umumnya, ya? Namun, hal ini tak mengurangi kekhusyukan-nya dalam menyampaikan dakwah.
Isi ceramahnya terkesan ringan, tetapi diakui sering dirasakan banyak orang (yang mendengarnya). Mulai dari tentang rezeki, niat, doa, kesabaran, hingga jodoh. Banyak tema menarik yang ia olah dengan bahasa yang mudah dimengerti anak muda.
Sementara Shift, merupakan gagasan UHA beserta teman-temannya, untuk menggaet lebih banyak anak muda, agar memiliki keinginan untuk belajar agama Islam lebih dalam.
Uniknya, niat baik itu disambut baik, karena banyak anak muda yang hobi main skateboard, sepeda BMX, parkour, serta surfing yang menjadi anggotanya.
Sebelumnya, sebagai Ketua Banser, Imam Kharomaeni mengaku telah menandatangani surat keberatan atas kehadiran UHA sebagai pembicara di acara pengajian, di Hotel Bahari Inn, Kota Tegal.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Banser Tolak Ust. Hanan Attaki, Apa Alasannya?
[/su_box]
Alasannya, selain mengandung unsur provokatif, ceramah UHA juga dinilai kontroversial. Dan salah satu yang dipermasalahkan adalah ucapannya yang pernah menyebut Nabi Musa as sebagai premannya para nabi.
Namun, di sisi lain, UHA sudah mengklarifikasi hal tersebut, serta meminta maaf atas kesalahannya menyampaikan pesan. Ia mengakui, jika ada kekeliruan dalam memilih diksi ‘preman’ tersebut.
“TABAYYUN. Terima kasih sebesar-besarnya untuk teman-teman yang sudah mensupport moril untuk saya. Kalian terbaik. Dan juga makasih buat teman-teman yang sudah mencintai saya dengan memberi nasihat. Nasihat itu adalah hadiah bagi seorang Muslim. Tetap jaga budaya santun, husnuzon, nojudgement, dan respect,” tuturnya melalui akun Instagram, @hanan_attaki, Sabtu (21/7/2018).
View this post on Instagram
“Intinya, preman yang saya maksud adalah JAGOAN … JAWARA … dan mungkin kita tidak perlu menilai pesannya dari hanya satu kata. Walaupun tetap ada kekeliruan di situ. Sekali lagi, maaf dan terima kasih ya,” pungkas UHA.