Ngelmu.co – Sepertinya, Anies Baswedan tak diberi kesempatan untuk bernapas tenang, sejak menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Oktober 2017 lalu. Selain menjadi figur penting Ibu Kota negara, apa pun yang Anies kerjakan, harus senantiasa siap dibanding-bandingkan dengan Kepala Daerah wilayah lain.
Sebelum Ketua Fraksi NasDem DPRD DKI, Bestari Barus ‘menyerang’ Anies dengan meminta Wali kota Surabaya, Tri Rismaharini untuk menangani sampah di Jakarta, seperti dilansir Kompas, Rabu (31/7).
Ia menilai, Risma sangat baik dalam mengelola Surabaya, dan secara terang-terangan tertarik untuk memboyong Risma ke Jakarta, pada Pilkada 2022 mendatang.
Hal itu ia sampaikan saat studi banding DPRD Provinsi DKI untuk menyelesaikan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengelolaan Sampah dengan konsep ITF, Senin (29/7).
Bestari juga mengatakan, Jakarta yang punya anggaran sangat besar, justru lebih buruk dari Surabaya, dalam menangani sampah.
Ia menyebut anggaran untuk pengelolaan sampah DKI mencapai Rp3,7 triliun. Angka itu, disebut Bestari, berkali-kali lipat lebih besar dari Surabaya. Karena menurut Risma, anggaran pengelolaan sampah di Surabaya, hanya Rp30 miliar.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Sampah: Antara Barus, Risma, dan Anies
[/su_box]
Namun, dilansir Tirto, Surabaya mengalokasikan sekitar Rp474.924.244.882, pada anggaran tertinggi indikatif program pengelolaan kebersihan, dalam Rancana Kerja Pemerintah Daerah Surabaya tahun 2019 [PDF].
Angka tersebut, sangat jauh dari pernyataan Risma soal anggaran pengelolaan sampah, yang dilansir sejumlah media, yakni Rp30 miliar.
Bahkan jika dirinci lebih jauh, maka anggaran untuk operasional pengangkutan sampah di Surabaya, mencapai Rp41.397.202.610.
Sementara operasional pembersihan sampah di saluran, mencapai Rp23.005.508.595. Belum lagi ongkos untuk Pemeliharaan Sarana Pembersihan, Pengangkutan Sampah dan Toilet, yang besarnya mencapai Rp37.754.879.804.
Masalah sampah, memang menjadi persoalan klasik yang selalu menghantui, siapapun yang menjadi Gubernur DKI Jakarta, begitupun dengan Anies.
Namun, tetap tak bisa membandingkan Anies dan Risma begitu saja. Karena DKI dan Surabaya merupakan dua kota yang berbeda, kerumitan yang mereka miliki pun tak sama.
Kalau sudah begini, layakkah Anies dan Risma dibandingkan? Begini kata warganet:
Ardiono Roma: Padahal di berita sudah dijelaskan kalau Surabaya, setaranya cuma sama Jakarta Pusat doang, itu pun anggaran Jakarta membesar, gara-gara lagi bangun ITF Sunter. Lagian kota kok dibandingin dengan provinsi, kepadatan juga beda jauh.
Riyo Widianto: Gue sebel liat kelakuan gerombolan perusuh itu, nabrak-nabrakin tokoh-tokoh model begini, jelas-jelas tiap-tiap daerah punya problematikanya masing-masing.
Anggota DPD RI Jakarta, Fahira Idris, pun turut memberikan tanggapan, terkait pembandingan penangangan serta anggaran pengelolaan sampah, antara Jakarta (berpenduduk 10,37 juta jiwa, luas wilayah 661,52 km2) dengan Kota Surabaya (2,85 juta jiwa, luas 350,54 km2).
Ia menilai hal tersebut tidak elok, terlebih volume sampah juga berbeda, antara Jakarta (7 ribu ton sampah/hari) dan Surabaya (1,6 ribu ton/hari).
‘Serangan’ Bestari, menurutnya tidak tepat, karena tidak mampu membedakan besaran anggaran pengelolaan sampah dengan anggaran total Dinas Lingkungan Hidup Jakarta.
“Saya harap Pak Bestari lebih bijak. Tidak elok-lah membandingkan-bandingkan Wali Kota dan Gubernur secara langsung, apalagi satu dinaikkan dan satu dijatuhkan, sehingga kesannya mengadu,” tutur Fahira, seperti dilansir RMOL, Jumat (2/8).
“Terlebih apa yang disampaikan Pak Bestari soal besaran anggaran pengelolaan sampah di Jakarta, tidak sepenuhnya tepat. Mengapresiasi pengelolaan sampah di Surabaya baik saja, tetapi tidak perlu sambil menihilkan upaya pengelolaan sampah di Jakarta,” imbuhnya.
Anggaran Rp3,7 triliun, bukan murni untuk pengelolaan sampah Jakarta, tetapi merupakan anggaran total Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, beserta suku dinas tiap wilayah dan Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD), di bawah Dinas Lingkungan Hidup.