Ngelmu.co – Sering dituding sebagai bagian dari antek asing, Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara. Dirinya mengatakan, usia Indonesia sudah 74 tahun, maka seharusnya negeri ini pun sudah dewasa dalam mengelola segala perbedaan, termasuk membuka pintu bagi pihak asing.
“Jangan belum-belum (teriak) antek asing, antek aseng, itu yang namanya emosi keagamaan, bukan cinta keagamaan,” tuturnya, seperti dilansir Tempo, Rabu (18/9).
Orang-orang yang menuding pemerintah sebagai antek asing, tiap kali mengeluarkan kebijakan yang berhubungan dengan negara lain, kata Jokowi, telah keliru.
Karena hal itu adalah bentuk keterbukaan atas kemajemukan, dan bisa menjadi kunci untuk Indonesia agar semakin maju.
“Salah satu kunci utamanya keterbukaan dan toleransi,” imbuhnya ketika meresmikan pembukaan Forum Titik Temu ‘Kerja Sama Multikultural untuk Persatuan dan Keadilan’, di Hotel Double Tree Hilton, Cikini, Jakarta.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Pabrik Semen China Siap Dibangun di Kalimantan Timur
[/su_box]
Perubahan yang dialami oleh Uni Emirat Arab (UEA), dijadikan contoh oleh Jokowi, karena menurutnya, 40 tahun yang lalu, UEA merupakan negara tertinggal, tetapi mereka mampu berubah menjadi negara maju.
Mengapa demikian? Jokowi menyebut, UEA bisa maju karena mau membuka pintu bagi pihak asing.
Mereka mengundang para profesional dari seluruh dunia, untuk mereka tempatkan menjadi tenaga ahli atau pimpinan perusahaan, sembari mentransfer ilmu ke penduduk asli.
“Di sini (Indonesia), baru ide, gagasan, gimana kalau tiga universitas kita pakai rektor asing. Baru bicara seperti itu, sudah langsung Presiden Jokowi antek asing,” ujarnya membandingkan.
Isu kemajemukan, kata Jokowi, bukan hanya isu sosial dan poltik. Sebab, penerimaan kemajemukan juga menjadi isu pembangunan eknonomi.
Jika tak bisa menerima hal itu, maka suatu kelompok masyarakat akan menutup diri dan jadi tidak berkembang.
Itulah sebabnya, Jokowi mengajak masyarakat Indonesia, untuk kembali ke semangat Bhineka Tunggal Ika.
Mampu mengelola kemajemukan, sambil merawat toleransi, juga berani bersikap terbuka, demi kemajuan bangsa.