Ngelmu.co – Dalam acara Mata Najwa di televisi yang disiarkan hari Rabu (25/9/19), rakyat Indonesia disuguhi sebuah diskusi seru dan menarik untuk ditonton. Tampak Fahri Hamzah selaku politisi senior kerepotan menjawab pertanyaan dan sanggahan para mahasiswa yang sedang berjuang menguatkan KPK.
Dipandu awalan diskusi dari Najwa Shihab, dalam forum tersebut Ketua BEM UGM, Atiatul Muqtadir, atau kerap dipanggil dengan nama Fathur, membuka pertanyaan untuk Fahri.
“Dulu bang Fahri kan yang ikut memperjuangkan reformasi. Apakah menurut abang reformasi sudah tuntas? Atau bisa kita simpulkan melihat keadaan saat ini, jangan-jangan tidak tuntas. Karena Reformasi dilemahkan, KPK (sebagai salah satu anak reformasi) dilemahkan.”
Fahri menjawab,”Saya memang yang turut melahirkan Tap MPR (tentang pemberantasasn korupsi) di awal reformasi. Karena saya diminta Alm. Habibie selaku Presiden RI saat itu untuk menjadi anggota MPR transisi mewakili kalangan muda. Menurut saya yang disebut anak dari reformasi itu adalah demokrasi sebagai sebuah sistem yang konsisten. Migrasi dari sistem otoritarianisme. Termasuk didalamnya adalah penanggulan korupsi. Menghapus kejanggalan-kejanggalan yang otoriter di dalam negara.”
Fahri lalu melanjutkan, “Presidensialisme harus diperkuat. Presiden dipilih dan “disetrum” kekuatan dan tenaga oleh rakyat saat ia dipilih (di dalam Pemilu).
Belum selesai ia memaparkan, Najwa, host jelita yang tajam kalimatnya dalam menyerang tamu-tamu diskusinya, menginterupsi Fahri.
“Berarti bang Fahri, ini terkait dengan statement yang pernah anda sampaikan pada publik ingin saya tanyakan disini, ‘salah satu cara menekan Presiden Jokowi adalah dengan mengeluarkan Perpu. Saya tahu ada permainan ini. Mereka akan keluarkan Perpu dan mengesahkan UU KPK yag lama’. Najwa mengutip statement Fahri.
Lalu melanjutkan serangan pertanyaan kembali pada politisi gaek itu; “Permainan apa Bang Fahri? Siapa yang bermain?”
Dengan sigap Fahri menjawab,”Korupsi kok tidak selesai-selesai. Saya mendengarkan masyarakat (menyuarakan itu).
Mahasiswa menimpali,”kok kami tidak didengarkan Bang Fahri? Kami pengin menyampaikan aspirasi, kok belum ketemu?”
Audiens sontak bertepuk tangan. Najwa kembali mengulang pertanyaaannya,”Siapa yag bermain? Tolong dijawab Bang Fahri”
Fahri merespons, “jadi begini, ada perbedaan paradigmatik …”
Najwa kembali memotong pembicaraan,”Siapa yang bermain Bang?”
“Tolong dijawab dong Bang Fahri, ini dari tadi Bang Fahri seperti berputar-putar saja nampaknya” singgung Najwa yang disambut tepuk riuh penonton.
“Ya kalo kita jalan-jalan itu kan kalo berputar-putar jadi tambah romantis” tangkis Fahri disambut suara kecewa penonton.
Fahri Hamzah selama ini memang dikenal sebagai singa podium, jago berdebat dan cerdas dalam mengeluarkan argumen diskusi. Tapi malam itu, Fahri nampak kepayahan menanggapi pimpinan mahasiswa dan Najwa.
“Presiden itu kan yang harusnya memegang orkestra kempemimpinan. Tapi dari presiden ke presiden, setiap saya tanya tentang bagaimana pemberantasan korupsi di negara kita pak? Pasti selalu dijawab “kita akan perkuat KPK”. Seharusnya presiden terpilih lah yang memegang kepemimpinan orkestra, karena pemilu yang menghasilkan dia telah menghabiskan dana sebesar 25 trilyun. Maka Presiden akan memutuskan Badan Pengawas untuk KPK” demikian Fahri memaparkan.
Pimpinan Mahasiswa pun gerah dan kembali bertanya,”Itu dia Bang Fahri, Presiden kan sudah berjanji dalam pemilu 2014, ia akan memperkuat KPK. Maka jangan lagi dong diperlemah dengan Badan Pengawas!”.
Tepuk tangan audiens pun bergema kembali menyambut argumen pimpinan mahasiswa yang sedang memperjuangkan aspirasi rakyat banyak.
Seorang pengamat poliik yang diundang Najwa pun urun berkomentar dan menanyakan bagaimana kerja DPR selama ini sebagai pengawas pemerintah. Ia berharap seharusnya DPR bisa hadir untuk mengontrol sikap pemerintahan yang mulai ingin membatasi KPK.
Fahri pun menjawab bahwa “DPR selalu mewakili rakyat untuk melakukan pengawasan”.
Namun keadaan sebaliknyalah yang dilihat oleh mahasiswa dan masyarakat, hingga Royyan Dzakky (Ketua BEM ITB) dalam forum itu menimpali Fahri dengan candaan,”jangan-jangan DPR sekarang bukan Dewan Perwakilan Rakyat, tapi Dewan Perwakilan Fahri”.
Penonton forum Mata Najwa pun bertepuk tangan riuh kembali mengiringi senyum sinis Fahri yang nampaknya “kesaktian” aura singa podiumnya mulai meredup.
Rakyat dan mahasiswa akan selalu melihat dan mengamati setiap saat, perkembangan situasi dan sikap-sikap tokoh politik dalam menghadapinya. Termasuk sikap Fahri yang kini mulai dipertanyakan banyak pihak.