Ngelmu.co – Mulai viral di jagad maya, video UAS (Ustad Abdul Shomad) memberikan semangat pada masyarakat Indonesia untuk tetap saling tolong menolong dan menjaga persatuan Indonesia. Secara berhati-hati dan bijak, UAS sebenarnya sedang merespons tragedi kemanusiaan yang terjadi di Wamena yang menjadikan anak bangsa yang berbeda-beda suku menjadi korban di dalamnya.
Video itu dibuka dengan membesarkan hati para suku-suku perantauan seperti orang-orang suku Minangkabau, Bugis, Makasar dan Jawa.Tanpa menafikan suku lain, UAS menyatakan menyebut beberapa suku tersebut karena orang-orang suku tersebut yang terlihat jumlahnya lebih banyak yang merantau.
Dibuka dengan membesarkan hati orang Minangkabau di perantauan UAS berkata:
“Minang tak pernah kalah, dari kecil sudah di surau. Tak ada orang Minang yang tak pandai mengaji dan tak pandai bersilat.
Siapa yang menjadi guru bagi orang Minang? Alam takambang menjadi guru orang Minang. Oleh sebab itu, apa yang terlihat hari ini, ini kecil bagi orang minang”,
“Betapa banyak pahlawan Minang, penjajah lari terbirit2-birit. Setelah merdeka orang Maninjau jadi ulama. Menjadi founding fathers bangsa ini. Oleh sebab itu orang Minang mesti bangkit” demikian imbuh UAS.
UAS lalu menyerukan kepedulian pada para perantau yang sedang menjadi korban tragedi kemanusiaan, sembari matanya mulai berkaca-kaca:
“Kalau jihad awak kini, tapi jihad awak nak bantu engkau. Orang sebelah membakar, maka buatlah posko-posko, bangkitkan saudara-saudara kita, bagi modal bagi usaha. Kekeluargaan orang Minangkabau akan terjaga. Apa yang terjadi pada hari ini, hanya membangkitkan persaudaraan orang Minangkabau”
Berikutnya UAS menyapa saudara perantauan asal Makasar.
“Apa kareba saudara-saudaraku orang Makasar, dulu kalian orang Bugis orang Makasar pernah dibuang nun jauh disana di Afrika oleh orang Belanda. Tapi apa yang terjadi, syaikh Yusuf Al Makasari justru mengembangkan Islam. Lalu dicampakan ke Sailon/ Srilangka, Islam justru berkembang di Srilangka. Dibuang lagi ke Afrika Selatan, Bahkan Nelson Mandela memberikan penghargaan kepada kalian”, demikian UAS menyemangati dengan menceritakan kehebatan nenek moyang orang Makasar.
UAS pun melanjutkan, “Ketika saya mengisi tausiyah di Australia, dibawa saya oleh teman saya ke Melbourne diceritakan bagaimana Islam sampai ke Melbourne sampai ke Australia. Rupanya nenek moyang kalian yang mengIslamkan. Padahal nenek moyang kalian semula hanya ingin mencari teripang, mencari rizqi. Tetapi rupanya mereka tetap berdakwah. Maka bangkit saudaraku ! Orang Makasar orang Bugis!”. Setiap kata yang dilontarkan, tampak sekali keluar dari hati UAS yang paking dalam.
Setelah itu UAS menyemangati orang Jawa:
“Saudara-saudaraku orang Jawa yang ada di perantauan, pripun kabare? Sulit memang susah, dulu nenek moyang kalian pernah menyatukan nusantara. Bahkan kekuasaannya sampai ke Vietnam sana. Maka bangkit, jangan pernah menyerah jangan pernah kalah ! Kami dari jauh, ikut mendoakan”
Seruan kepedulian pun kembali diucapkan UAS:
“Saudara-saudaraku, diamanapun juga di nusantara yang bisa bantu, segeralah bantu. Dengan uang kita, yang tak bisa dengan uang dengan doa. Doakan dari jauh!”
“Semoga saudara-saudara kita, saya hanya sebut Mingangkabau, Bugis, Makasar, dan Jawa, karena mereka ini yang banyak merantau, tapi sausaraku suku-suku yang lain juga di seluruh nusantara, semoga kita tetap disatukan dengan kebhinekaan. Bagi yang seagama kita disatukan oleh Laa Ila ha ilallah Muhammadarasulullah. Bagi yang tak seagama kita disatukan oleh Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terima kasih.”
Demikian UAS menutup videonya dengan ajakan untuk tetap menjaga persatuan di bawah pedoman Laa ila ha ilallah Muhamdarasulullah, di bawah panji Pancasiladan juga dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.