Ngelmu.co – Dunia pendidikan di Manado berduka. Seorang siswa SMP meninggal dunia setelah dihukum lari keliling lapangan oleh salah satu gurunya.
Almarhum yang bernama Fanli Lahingide itu sebelumnya sudah mengatakan lelah dan memohon untuk istirahat. Tetapi hukuman itu terus harus dijalankan.
Guru sekolahnya yang berinisial CS, pada hari itu bertugas sebagai guru piket di SMP Kristen 46 Mapanget Barat, Manado, Sulawesi Utara. CS memberi hukuman kepada Fanli sebab siswa yang berusia 14 tahun itu datang terlambat ke sekolah hingga tidak bisa mengikuti apel.
Putaran pertama hukuman lari itu berjalan, semuanya masih terlihat biasa saja. Saat putaran kedua barulah Fanli jatuh pingsan. Ia akhirnya meninggal dunia saat perjalanan dibawa ke RS Auri dan kemudian dirujuk pula ke RS Prof Kandou.
Seto Mulyadi, yang akrab dipanggil Kak Seto pun angkat bicara. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini menyatakan, kasus Fanli mengingatkan semua pihak bahwa di lingkungan sekolah, mestinya hukuman yang dilaksanakan harus bersifat mendidik.
“Hukuman itu, sifatnya harus mendidik atau mengedukasi. Apalagi ini di lembaga pendidikan, maka sifatnya harus mendidik,” ujar Kak Seto, seperti dilansir Kompas pada hari Kamis (3/10/19).
Kak Seto juga mempertanyakan sikap guru yang tidak memberi izin untuk Fanli beristirahat saat kelelahan.
“Pendidikan seharusnya penuh dengan nuansa persahabatan. Siswa itu sudah mengeluh lelah tapi kenapa tetap dibiarkan, itu sama sekali tidak dibenarkan,” ucap Kak Seto.
Seumur siswa SMP seharusnya sudah bisa diajak untuk berdialog.
Menurut Kak Seto, cara yang tepat untuk menentukan hukuman bagi siswa adalah mengajak mereka turut serta dalam suasana demokratis.
Maka siswa bisa terlibat dalam penentuan sanksi, dan paham akibat dari pelanggaran sistem yang mereka lakukan.
Berusaha memberikan alternatif, Kak Seto juga mengusulkan agar hukuman juga bisa diberikan dengan cara yang bersifat memancing kreativitas siswa, misalnya membuat poster afirmatif yang menganjurkan siswa lainnya untuk tidak melanggar aturan yang sama.
Bila guru dan sekolah memiliki mindset persahabatan tadi, maka bisa diharapkan kemanfaatan bertambah dan pelanggaran berkurang karena kesadaran siswa.