Ngelmu.co – Komisaris Jenderal Idham Azis kemarin Jumat (1/11/2019) pagi resmi dilantik sebagai Kapolri oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta.
Pembacaan Keputusan Presiden Nomor 97/Polri Tahun 2019 tentang pengangkatan Kepala Kepolisian RI oleh Sekretaris Militer Presiden mengawali proses pelantikan tersebut, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sumpah jabatan.
Pengambilan sumpah jabatan yang juga disertai penandatanganan buku berita acara itu juga dihadiri beberapa saksi kunci yaitu Mantan Kapolri yang kini menjabat sebagai Mendagri Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Pada kesempatan itu, seperti dilansir kompas.com, dibacakan pula Keputusan Presiden Nomor 98/Polri Tahun 2019 tentang kenaikan pangkat Idham menjadi jenderal berbintang empat dimana Presiden Jokowi juga yang langsung menyematkan bintang keempat di pundak Kapolri terpilih ini.
Pekan sebelumnya, Idham telah melewati uji kepatutan dan kelayakan di Komisi III DPR. Pada kesempatan itu semua anggota komisi hukum secara aklamasi menyepakati Idham untuk menduduki kursi Kapolri.
Hasil uji kepatutan dan kelayakan yang selanjutnya juga dibawa ke dalam rapat paripurna DPR, Kamis (30/10/2019) lalu itu juga direspon semua anggota DPR yang hadir dengan menyatakan persetujuan atas hasil uji kepatutan dan kelayakan yang dilakukan komisi hukum.
Idham Aziz menempati kursi Kapolri yang sebelumnya diduduki oleh Tito Karnavian yang sudah kini sudah menjabat sebagai menteri dalam negeri.
Idham yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri sejak 2019 ini, merupakan pria kelahiran Kendari, Sulawesi Tenggara pada 1963. Lulus Akademi Kepolisian pada tahun 1988 dan dikenal berpengalaman pula dalam bidang anti-terorisme serta di bidang reserse.
Beberapa track record Idham Azis adalah di awal era reformasi Idham turut dalam tugas pengejaran terhadap putra bungsu presiden RI kedua Soeharto, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto yang saat itu menjadi buron.
Selain itu, ia juga dianggap berhasil saat turut melumpuhkan teroris bom Bali, Dr Azahari dan komplotannya di Batu, Jawa Timur, pada 9 November 2005.