Ngelmu.co – Moath Amarneh adalah seorang jurnalis Palestina yang harus kehilangan mata kirinya, usai ditembak zionis Israel. Peluru karet tetap bersarang di matanya, meski Amarneh telah mengenakan rompi pers.
Moath Ditembak Zionis Israel saat Meliput
Insiden itu terjadi, saat ia sedang meliput aksi protes di dekat kota Surif, Hebron Tepi Barat, Jumat (15/11) waktu setempat.
Saat itu, puluhan warga Palestina sedang melakukan protes atas penyitaan tanah terbaru, untuk pembangunan permukiman Israel, di wilayah pendudukan.
Usai terkena tembakan, Amarneh langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sayangnya, dokter menyatakan mata kirinya tak bisa diselamatkan.
Kabar duka ini disampaikan oleh rekan sesama jurnalis Amarneh, Issa Amro, lewat media sosial Twitter pribadinya, Jumat (15/11).
“Teman sesama jurnalis saya, Moath Amarneh, saya sangat sedih dengan berita buruk yang saya terima, ia kehilangan mata kirinya hari ini, tentara menembaknya saat bekerja untuk meliput protes damai di Hebron,” tulis @Issaamro.
My Friend journalist Moath Amarneh, I am very sad about the bad news I got now, he lost his left Eye today, the army shot him today during his work to cover a peaceful protest in Hebron. pic.twitter.com/bZsw61iguM
— Issa Amro عيسى عمرو 🇵🇸 (@Issaamro) November 15, 2019
Baca Juga: Israel Lancarkan Serangan Udara ke Jihad Islam di Gaza
Peristiwa ini pun menimbulkan berbagai spekulasi, apakah terluka Amarneh murni kecelakaan, atau justru ia sengaja dijadikan sasaran para zionis.
Maka, Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) yang merupakan kelompok advokasi global, pelindung kebebasan media, mengutuk keras kejadian ini.
“Sekali lagi, IFJ menyesalkan serangan terhadap wartawan Palestina oleh militer Israel. IFJ mengingatkan bahwa hukum internasional berlaku di mana-mana dan tidak ada pemerintahan di atasnya,” tegas Kepala Organisasi IFJ, Anthony Bellanger.
“Sekarang saatnya Majelis Umum PBB untuk mengadopsi Konvensi Perlindungan dan Keamanan Wartawan, sehingga impunitas yang dinikmati oleh predator kebebasan pers dan demokrasi dapat berakhir di Israel, seperti di tempat lain,” pungkasnya.