Ngelmu.co – Penolakan Serikat Pekerja Pertamina terhadap Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok, untuk jadi bos BUMN, mendapat tanggapan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Ia menanggapi singkat, alasan yang sebelumnya disampaikan oleh Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), Arie Gumilar.
“Memang dia siapa?” kata Luhut singkat, saat ditemui di kantornya, seperti dilansir Viva, Senin (18/11).
Diketahui, Arie memang menyatakan, pihaknya menolak Ahok, untuk menjadi Komisaris Utama PT Pertamina.
Sebab, menurut Arie, ditunjuknya Ahok menjadi pimpinan Pertamina, akan menimbulkan kegaduhan.
Sementara Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menjelaskan alasannya mengajak Ahok, bergabung ke BUMN.
Rekam jejak yang dinilai baik, selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, disebut Erick, sebagai alasan mengapa BUMN butuh figur pendobrak seperti Ahok.
Sedangkan soal penolakan terhadap Ahok, Kementerian BUMN memberikan tanggapan.
Melalui Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, Serikat Pekerja Pertamina diminta untuk tidak membawa urusan politik ke ranah bisnis.
Menurut Arya, ada baiknya jika Serikat Pekerja Pertamina, melihat lebih dulu kinerja Ahok, sebelum menolaknya.
“Kita harapkan teman-teman serikat pekerja lihat dulu, kalau Pak Ahok masuk di mana, lihat dulu kerjanya,” ujarnya.
Jika ingin membuat gebrakan, lanjut Arya, maka perlu mengambil pihak eksternal perusahaan, yang memiliki kemampuan mumpuni.
“Semua juga ingin begitu (pejabat karier). Kadang-kadang gini, kita kalau mau bikin perusahaan langkah berbeda, kita harus berani buat hal-hal yang baru juga,” imbuh Arya.
Baca Juga: Bahas Talenta, Fahri Hamzah Sebut BUMN Butuh Ahok
Sebelumnya, Arie mengaku khawatir, Ahok bisa menimbulkan kegaduhan jika bergabung dengan Pertamina.
“Kami tahu track record Pak Ahok, selalu bikin onar. Bakal bikin kegaduhan. Bisa dibayangkan kalau Pak Ahok jadi pimpinan Pertamina, dia ngomong kotor, gaduh di mana-mana,” kata Arie.
Lebih lanjut Arie menilai, masih banyak yang lebih pantas menduduki jabatan tersebut, terutama dari internal perusahaan, yang lebih paham soal masalah di Pertamina.