Ngelmu.co – Seorang anak berusia lima tahun, Nesrulla Yusuptohti, meninggal membeku di sebuah parit di prefektur Hotan, Xinjiang, China. Lantas, di mana orang tuanya?
Dilansir Radio Free Asia, Rabu (18/12), kedua orang tua Nesrulla, berada di dalam kamp penahanan, Xinjiang.
Sementara Nesrulla, ditemukan meninggal di sebuah parit yang tertutup es dan salju, Ahad (15/12), di kota Sampop, Kabupaten Hotan.
Sang ibu, Patem Rozi (26), dihukum 10 tahun penjara, karena menyiarkan Islam, pada 2017 lalu.
Ia ditahan di penjara Ghulja, sebuah kota yang berada sekitar 2.000 kilometer, dari Hotan.
Sementara sang ayah, Yusup Tohti (28), dibawa ke kamp pengasingan terdekat, di Zona Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lop, karena istrinya didakwa secara kriminal masalah agama.
“Kami mendengar berita kematiannya, Senin (16/12) ini, selama upacara pengibaran bendera,” kata seorang warga kota Sampul.
“Sekretaris partai desa kami, memberi tahu kami, agar merawat anak-anak kami dengan baik,” sambungnya.
Orang tua Nesrulla, disebut sedang menjalani pendidikan, ia pun dititipkan kepada kakek-neneknya, yang kondisi kesehatannya sudah tak optimal.
Di sisi lain, Wilayah Otonomi Uyghur Xinjiang (XUAR), memang mengelola sekitar 1.300 hingga 1.400 kamp interniran.
Di mana pihak berwenang, diyakini telah menahan 1,8 juta etnis Uighur, dan minoritas Muslim lainnya, yang dituduh menganut radikalisme, sejak April 2017 lalu.
Awalnya, China menyangkal keberadaan kamp-kamp semacam itu, tetapi sekarang, mereka mengakui, meski menyebutnya sebagai sekolah asrama pelatihan kejuruan, untuk mencegah radikalisme dan membantu melindungi negara dari terorisme.
Kembali pada Nesrulla, penduduk setempat mengatakan, Sabtu (14/12), ia pergi ke sungai bersama tiga atau empat anak lain, hingga akhirnya menghilang.
“Mereka tidak dapat menemukannya, jadi mereka bertanya kepada anak-anak tetangga, dan mereka menunjukkan tempat di mana dia jatuh ke air,” beber salah satu sumber.
“Para tetangga kemudian membantu kakek-nenek lansia itu untuk mengangkat Nesrulla keluar dari tumpukan es,” lanjutnya.
Warga lainnya mengatakan, jika orang tua Nesrulla, sepertinya tidak mengetahui apa yang menimpa anaknya.
“Sepertinya mereka tidak kembali dari pelatihan juga. Jika mereka kembali, kami akan mengunjungi mereka dan menyampaikan belasungkawa,” ujarnya.
Kakek Tohti Imin (71), dan istrinya Kemer Yasin (69), tinggal di dusun Nomor 2, desa Karki, kota Sampul.
“Ibu bocah itu, Patem Rozi, dihukum dua tahun lalu. Dia dipenjara di Ghulja, saya tidak tahu yang mana. Tetapi saya telah mendengar, bahwa dia berada di penjara Karabughra, di Kabupaten Kunes,” ungkap salah seorang pejabat.
“Dia dijatuhi hukuman karena berdakwah secara ilegal. Suaminya juga ikut ditahan setelah istrinya dihukum,” imbuhnya.
Baca Juga: Sudah Menginjakkan Kaki di Xinjiang, Ustaz Azzam Sodorkan Fakta ke YM
Sementara itu, anak-anak Uighur yang orang tuanya ditahan di kamp-kamp, memang secara teratur dikirim ke panti asuhan yang sangat padat.
Sumber bahkan menyebut, kondisi panti mengerikan, anak-anak terlihat dikurung seperti binatang ternak di dalam gudang.
Beberapa laporan tentang anak-anak Uighur di Xinjiang, juga mengungkap, ada yang mengalami sekarat, menderita luka parah, karena terlantar, usai orang tuanya ditahan.
Baca Juga: Lewat Komik, Seniman Ini Beberkan Penyiksaan China ke Etnis Uighur
Seperti pada Desember 2018 lalu, anak lelaki berusia dua tahun, Rahmutullah Shirbaqi, jatuh ke saluran irigasi, tenggelam, dan membeku.
Ketika orang tuanya, harus di tahan di sebuah kamp daerah Qaraqash Hotan. Saat itu, Shirbaqi juga dititipkan kepada kakek neneknya.
Sedangkan pada bulan Agustus 2018, anak laki-laki berusia 10 tahun, Makit prefektur Kashgar, juga tenggelam di daerah Sungai Zerepshan, saat orang tuanya ditahan di kamp pendidikan ulang.
Terakhir, Esma Ahmet (8), dilaporkan menderita luka bakar hampir 60 persen, pada Maret 2018, karena kompor di rumahnya terbalik, saat sang ayah ditahan di kamp pendidikan ulang, Xinjiang.
Haruskah peristiwa seperti ini terus berulang? Sampai kapan?