Ngelmu.co – Kekhawatiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), muncul setelah laporan media Australia menyatakan Indonesia, belum memiliki alat pendeteksian virus Corona—2019-nCoV—teranyar.
Belum Terima Alat Deteksi Positif Virus Corona
Bersama The Age, The Sydney Morning Herald, 5 Februari 2020 lalu, mengungkapkan bahwa Indonesia belum menerima alat pendeteksian positif virus Corona.
Pihaknya menyebut, pemerintah Indonesia hanya mengandalkan alat tes pan-coronavirus.
Secara positif, alat itu bisa mengidentifikasi semua jenis virus dari keluarga corona, seperti flu biasa, SARS, hingga MERS.
Namun, petugas medis akan memerlukan waktu hingga lima hari, untuk mengurutkan gen, demi memastikan apakah seseorang benar-benar positif 2019-nCoV, atau tidak.
Kekhawatiran semakin menjadi, setelah seorang warga Australia yang tinggal di Bali, Matthew Hale, mengaku takut dirinya terpapar virus Corona.
Bahkan, Hale mengkritik penanganan dan perawatan, termasuk uji lab yang diterimanya dari rumah sakit di Bali.
Sejak itu, WHO menilai, ada kemungkinan kasus virus corona tidak terdeteksi di Indonesia.
Pihaknya pun menuturkan, Indonesia harus melakukan persiapan lebih matang, demi menghadapi risiko penyebaran virus Corona.
Khawatir Indonesia Tak bisa Mendeteksi
WHO khawatir, Indonesia tak bisa mendeteksi virus tersebut, apalagi negara-negara tetangga sudah melaporkan beberapa kasus terjangkit Corona.
Di antaranya Singapura, Filipina, Malaysia, Australia, Vietnam, hingga Kamboja.
Belum adanya kasus virus Corona yang terdeteksi di Indonesia, sampai hari ini, juga membuat Badan Kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu, semakin khawatir.
Dari total jumlah kasus epidemik yang mencapai lebih dari 40 ribu di seluruh dunia—terutama Cina—Indonesia belum menyampaikan satu pun kasus.
Maka WHO meminta, pemerintah Indonesia agar meningkatkan sistem pengawasan, pemantauan, deteksi, dan persiapan lain, di setiap fasilitas kesehatan untuk menangani virus Corona.
“Indonesia tengah melakukan persiapan untuk menghadapi kemungkinan penyebaran virus Corona. WHO dan Kementerian Kesehatan RI juga terus berkoordinasi,” kata Dokter Navaratnasamy Paranietharan.
“Pemerintah RI juga mulai menyebarkan informasi terkait virus ini kepada publik dalam beberapa hari terakhir,” sambung perwakilan WHO untuk Indonesia itu, di Jakarta.
Namun, Paranietharan menilai, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan pengawasan.
Indonesia, lanjutnya, masih perlu memaksimalkan persiapan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ditunjuk, khusus untuk menangani kemungkinan kasus virus Corona.
Terutama dalam pencegahan infeksi, sistem karantina, langkah-langkah pengendalian, terutama dalam menangani terduga pasien, dan mereka yang sudah dipastikan positif virus Corona.
“Kami [WHO] khawatir, karena Indonesia belum melaporkan satu kasus virus Corona yang terkonfirmasi,” kata Paranietharan.
Sementara seorang ahli virus dari Universitas Queensland, Profesor Ian Mackay, memberikan peringatan serupa.
Ia mengatakan, jika kasus virus Corona tidak ditemukan, maka ada risiko infeksi lebih lanjut atau kemunculan wabah baru.
Mackay pun berharap, semua pihak segera melapor, jika mengalami sakit, meski belum terlalu serius.
Terlebih menurutnya, para ilmuwan tidak begitu percaya jika penyakit ini menular melalui udara.
“Jadi tidak terlalu mudah untuk mengatakan, bahwa Anda harus bertatap muka langsung dengan seseorang, untuk menularkan virus ini,” kata Mackay, seperti dilansir The Guardian.
Baca Juga: Mahfud MD Mengklaim Indonesia Satu-satunya Negara di Asia yang Tak Terjangkit Corona
Di sisi lain, Ketua Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute, Amin Soebandrio memastikan, Indonesia telah mampu mendeteksi virus Corona dari Wuhan, Cina.
Bahkan, dilansir CNN, sebelum mewabahnya virus Corona di sejumlah negara, Amin mengatakan, Indonesia sudah bisa mendeteksi virus serupa.
Diketahui, hingga Senin (10/2) pagi, jumlah kasus meninggal dunia akibat virus Corona, menjadi 908 orang.
Kasus kematian terbanyak pada 24 jam terakhir, terjadi di Provinsi Hubei, Cina, yakni 91 orang.