Ngelmu.co – Pernyataan sekaligus pertanyaan dari Staf Khusus Presiden sekaligus Founder Ruang Guru, Adamas Belva Syah Devara, terus mendapatkan jawaban dari masyarakat. Mulai dari warganet, hingga pelawak tunggal sekaligus aktor, Muhadkly Acho.
Berawal dari cuitan akun Twitter resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, @BNPB_Indonesia, yang menyatakan Belva, meminta generasi milenial untuk saling menjaga kesehatan mental, bersosialisasi dengan orang lain dengan memanfaatkan teknologi, di tengah social distancing.
“Bukan waktunya saling menjatuhkan atau saling membully. Ayo bertanya pada diri sendiri, ‘Apa yang bisa saya lakukan untuk negeri?’,” kata Belva.
“Menyalakan lilin lebih baik daripada menyalahkan kegelapan,” sambungnya.
Staf Khusus Milenial Presiden, Adamas Belva Syah Devara, meminta generasi milenial untuk saling menjaga kesehatan mental dengan terus bersosialisasi dengan orang lain dengan memanfaatkan teknologi meski tengah menjalani social distancing. #LawanCovid19 #IndonesiaLawanCovid19 pic.twitter.com/NjusCL4gks
— BNPB Indonesia (@BNPB_Indonesia) March 23, 2020
Kalimat Belva itulah, yang akhirnya menuai kritik dari berbagai pihak.
“Katanya… ‘Apa yang sudah kamu kasih buat negara?’. Pajak, sumbangan mandiri, edukasi ke orang terdekat, nurut diam di rumah,” cuit @MuhadklyAcho.
“Btw, kita juga udah pernah kasih peringatan untuk waspada waktu awal-awal wabah. Tapi apa yang pemerintah kasih buat kita lawan Corona? Promo tiket, buzzer Rp72M,” sambungnya.
“Enak aja, giliran udah begini balikinnya ke rakyat, yang blunder siapa, yang disuruh beresin kita. Kalau pemerintah mau dapet simpati setelah blunder kemarin, ada beberapa cara yang bisa dicoba:
1. Minta Maaf, akui kesalahannya.
2. Berhenti sok nanya-nanya apa yang kamu kasih buat negara. Udah kebanyakan soalnya. Malu nanya begitu.
3. Suruh diem buzzer-buzzer, kalau perlu arahin buat minta maaf,” beber Acho.
Ia pun menegaskan, jika saat ini bukan lagi waktunya mengkritik pemerintah.
“Udah lewat. Sekarang waktunya marah, minta tanggung jawab pemerintah. Udah diingetin sejak awal, malah remehin wabah, makan tuh hasilnya. Puas liat orang mati? Assh*le!” tegas Acho.
“Udah begini aja, baru minta bersatu. Kemarin-kemarin waktu awal wabah, kenapa ga bersatu buat batasi akses turis? Malah bikin promo tiket dan bayar buzzer. Ngaca, ny*t! Puas lo liat orang pada mati?” imbuhnya.
Lebih lanjut ketika ada pengguna media sosial lain yang menilai Acho, hanya memikirkan lingkungannya sendiri, ia menjawab, “Terbalik. Mereka cuma pikirin investasi, tapi ga mikirin kesehatan rakyatnya,” tuturnya.
“Kalau memang peduli keselamatan rakyatnya, ga akan ada itu tindakan ceroboh promo tiket di saat wabah. Sungguh konyol. Langkah bodoh yang teramat sangat. Lihat akibatnya sekarang. Puas liat orang mati?” lanjut Acho.
Katanya.. “apa yang sudah kamu kasih buat negara?”.
Pajak, sumbangan mandiri, edukasi ke org terdekat, nurut diam di rumah.
Btw, kita jg udah pernah kasih peringatan untuk waspada wkt awal-awal wabah. Tp apa yg pemerintah kasih buat kita lawan corona? Promo tiket, buzzer 72M.
— Muhadkly Acho (@MuhadklyAcho) March 24, 2020
Aktor kelahiran 16 Oktober itu, bukan satu-satunya pihak yang menjawab pertanyaan Belva.
Seorang pengguna media sosial Twitter lainnya, @fullmoonfolks, juga mengkritik apa yang disampaikan oleh stafsus presiden satu itu.
“Apa yang bisa saya lakukan untuk negeri, disangka warga negara itu numpang apa?” ujarnya.
“Fungsi negara, menjamin hak dasar warganya; dari rasa aman, kesehatan, dan lain-lain, kontraknya ada di konstitusi. Kalau itu aja engga bisa, ya engga perlu ada negara, engga perlu lilin juga, molotov lebih terang,” sambung pria yang akrab disapa Bhaga itu.
“Bayangin lo punya kontrak jual beli jasa sama first media, bayar tiap bulan, terus pas lo komplen karena internetnya mati, kata CS-nya coba renungkan apa yang sudah Anda perbuat untuk first media,” lanjutnya memberi perumpamaan.
“Kalo cuma mau halu begitu, nyetak spanduk koramil aja, engga perlu ribet-ribet punya stafsus segambreng,” pungkasnya.
Apa yang bisa saya lakukan untuk negeri, disangka warganegara itu numpang apa?
Fungsi negara menjamin hak dasar warganya; dari rasa aman, kesehatan dll, kontraknya ada di konstitusi. Kalau itu aja ngga bisa ya ngga perlu ada negara, ngga perlu lilin juga, molotov lebih terang. pic.twitter.com/XLWOpyGtt0
— Bhagavad Sambadha (@fullmoonfolks) March 24, 2020
Senada dengan Acho dan Bhaga, warganet lainnya pun menyayangkan cara Belva, menenangkan masyarakat di tengah pandemi virus Corona (COVID-19) di Indonesia.
@serah_luaja: Jadi ya @AdamasBelva. Nyalain lilin boleh, tapi keplak dulu kepala yang matiin lampu, biar sadar. Entar malah dia lagi yang niup lilin.
@PelatihTidur: Konteksnya ga pas! Sekarang apa yang bisa dilakukan negara untuk rakyatnya! Negara harus melindungi rakyatnya. Rakyat cemas, panik, dan tidak mendapatkan informasi yang jelas tentang penanganan ini.
@hamoeba_: Stafsus bubarin aja, Min, baiknya. Uang gajinya buat rapid test seluruh dokter di Indo 🙂
Baca Juga: Stafsus Presiden Unggah Cara Deteksi Corona, Warganet: Hapus Postingan Hoax Lo
Menyadari kritik terus berdatangan karena poster yang dibuat dan diunggah oleh BNPB, Belva pun menyampaikan klarifikasinya, berikut selengkapnya:
“Ramai soal poster yang dibuat dan di-post BNPB, yang memuat saya mengenai peran milenial dalam pencegahan COVID-19. Namun, saya ingin mengklarifikasi bahwa quote yang ditulis dari BNPB tersebut, tidak memberikan gambaran yang utuh.
Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan saran atau masukan. Saya terima semuanya sebagai hal yang membangun.
Konteksnya, kemarin saya diundang BNPB sebagai narasumber di konferensi pers harian Satgas COVID-19. Tema yang diminta adalah “Peran Milenial di wabah Corona”.
Setelah acara, saya lihat ada poster yang di-upload oleh BNPB, dan menjadi diskusi publik. Itu adalah sepotong saja dari press conference. Tanpa menonton video full, bisa terjadi salah paham dan jadi ‘out of context’.
Video lengkap press conference kemarin dapat dilihat di:
Empat pesan saya tentang tema ‘Peran Milenial’ yang diminta BNPB:
1. Jangan remehkan, karena gen milenial bisa jadi penular terbesar dari pengalaman Korsel (30% kasus di grup umur 20-29),
2. Harus jadi garda terdepan berantas hoax di lingkup pengaruh masing-masing.
3. Fokus menolong sesama dan apa yang bisa kita perbuat, dan mencontohkan @KawalCOVID19 yang digawangi anak muda, galangan dana, layanan-layanan gratis, bahkan bisa se-simpel memberi tip lebih.
4. Perhatikan mental health. Tetap sosialisasi dengan teman dari jauh (distant socializing).
Konferensi pers tersebut tidak untuk membicarakan policy atau teknis, tapi memang murni sebagai fungsi edukasi kepada anak muda yang dilakukan reguler oleh BNPB, dan disiarkan resmi di TVRI, RRI, dan beberapa stasiun TV nasional.
Tentu saja, saya memahami bahwa pemerintah berkewajiban untuk melindungi semua warganya. Sebagai tambahan, saya juga mengimbau supaya setiap kita juga lakukan yang kita bisa untuk menolong sesama.
Sekalian klarifikasi tentang tugas dan fungsi Stafsus Presiden, untuk diketahui tugas utama saya adalah di gugus ‘inovasi’. Ini kalau dalam kasus saya, lebih dekat ke digital. Teman-teman stafsus lain, punya fokus sendiri-sendiri. Saya sendiri ada delapan bidang yang dijalankan paralel.
Perlu digarisbawahi, bahwa saya dilibatkan secara terbatas (kapasitas membantu) di isu COVID-19, karena sudah ada tim inti di Kemenkes/BNPB.
Walaupun demikian, saya tetap memberikan masukan dari sisi kesehatan, ekonomi, teknologi berdasarkan riset, opini, pengalaman negara lain.
Apa saja yang saya kerjakan?
1. Digital Delivery of Public Services (UI/UX, master data nasional, strategi AI).
2. UMKM Upskilling.
3. Literasi atau bullying pada anak.
4. Pariwisata (tetapi setelah wabah Corona, dihentikan sementara).
5. KPI Kementerian/Lembaga.
6. Ibu Kota Negara Baru (Klaster Pendidikan).
7. Pembangunan UIII modern.
8. Panitia seleksi Eselon I. Fokus saya paling besar adalah di poin (1). Nanti masing-masing program ini bisa dijabarkan detail terpisah di lain kesempatan, karena fokus diskusi saat ini adalah COVID-19.
Perlu diketahui, stafsus adalah fungsi penasihat (advisory), bukan eksekusi. Artinya memberikan rekomendasi di belakang layar. Setelah itu, keputusan ada di Presiden/Kementerian, karena sifatnya rekomendasi, bisa dilakukan, bisa juga tidak. Eksekusi baik, bisa juga tidak.
Ada batasan-batasan wewenang saya di dalam Pemerintah. Saya baru pertama kali melihat pemerintah dari dalam. Memang banyak sekali yang tidak sempurna, tetapi yakinlah semua (termasuk Satgas COVID-19) semua sedang berjuang sekuat tenaga.
Selama ini, sejak dilantik, saya menyumbangkan seluruh gaji dan tunjangan saya melalui program @ciptanyata, untuk UMKM. Sudah berjalan empat bulan, dengan total nilai hibah Rp200juta (gross).
Saya dari awal tidak berencana menerima gaji dan tunjangan, dan semata-mata menerima posisi stafsus untuk berkontribusi.
Terima kasih sekali lagi untuk masukan teman-teman. Mari kita tetap fokuskan pada upaya pencegahan dan kesiapsiagaan COVID-19,” demikian penuturan @AdamasBelva, seperti dikutip Ngelmu, Rabu (25/3).
Ramai soal poster yang dibuat dan dipost BNPB yg memuat saya mengenai peran milenial dalam pencegahan COVID-19. Namun, saya ingin mengklarifikasi bahwa quote yg ditulis dari BNPB tersebut tidak memberikan gambaran yg utuh.
(1/17)
— Belva Devara (@AdamasBelva) March 25, 2020