Ngelmu.co – Bulog memilih sagu, sebagai opsi pangan alternatif untuk mengantisipasi kesulitan impor beras yang berujung pada kurangnya stok, akibat pandemi COVID-19. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama, Budi Waseso (Buwas).
Ia pun menjadikan Vietnam dan Thailand sebagai contoh negara yang sudah tak lagi melakukan ekspor besar, sebanyak dulu.
Maka selama masih bisa, kata Buwas, Bulog akan terus memaksimalkan penyerapan beras dalam negeri.
“Kalau kami biasa impor Thailand dan beberapa negara. Mereka sudah membatasi ekspor ke negara lain,” tuturnya, dalam rapat dengar pendapat (RDP) virtual bersama Komisi IV DPR RI, Kamis (9/4).
“Termasuk bapak ibu sekalian, permasalahan pangan ini, kami sudah mengolah pangan lain, seperti tadi, sagu,” sambung Buwas, seperti dilansir Tirto.
Baca Juga: Stok Pangan Makin Menipis Jelang Ramadan, Buwas: Cukup Rawan
Divisi daerah (divre) Bulog, lanjutnya, sudah dikerahkan sebagai antisipasi. Mereka, disebut telah membuat persediaan sementara.
“Kami sudah bekerja sama dengan beberapa komunitas petani di Indonesia Timur,” kata Buwas.
“Di mana divisi daerah kami, sudah mulai menyerap sagu untuk kita simpan. Di-cadangkan buat masyarakat konsumsi pangan lainnya,” imbuhnya.
Pada Jumat (5/4) sebelumnya, dalam siaran live Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, juga menyadari permasalahan ini.
“Beras ini jadi hal yang concern. Di sisi lain, Thailand dan Vietnam sudah membatasi ekspor karena kemarau panjang,” ujarnya.
Sementara Direktur Utama PTPN VIII, Wahyu, dalam keterangan tertulis menyatakan, ada potensi produksi beras masa panen pertama di April 2020 ini, kurang baik.
Sebab, terdapat pergeseran musim tanam serta kendala hama.
“Diperkirakan produksi gabah turun hingga 50 persen,” ungkap Wahyu, dalam focus group discussion (FGD).