Ngelmu.co – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), membuat program ‘Belajar dari Rumah’, yang kemudian di-siarkan melalui TVRI, mulai Senin (13/4) lalu.
Dengan maksud, orang tua dan anak dari segala jenjang pendidikan, dapat belajar di rumah, melalui sebuah acara.
“Program Belajar dari Rumah merupakan bentuk upaya Kemendikbud, membantu terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan masyarakat, di masa darurat COVID-19,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, seperti dilansir Kompas, Kamis (9/4).
Ia menjelaskan, konten pembelajaran dalam program ‘Belajar dari Rumah’, akan fokus pada literasi, numerasi, dan penumbuhan budi pekerti atau pendidikan karakter.
Di mana, program tersebut di-siapkan untuk semua jenjang pendidikan, dari tingkat PAUD, SD, SMP, SMA, hingga dewasa.
Namun, seorang ibu bernama Dina Anggraeni, justru mempertanyakan materi pembelajaran yang di-siarkan untuk anaknya, yang duduk di bangku sekolah dasar.
“Kok gini sih?” tanya Dina.
Lebih lanjut, ia menyampaikan pertanyaan sekaligus kritiknya, melalui akun Facebook pribadi, pada Rabu (15/4) kemarin. Berikut selengkapnya:
“Maak, ada yang ngeuh kah sama pelajaran di TVRI tingkat SD hari ini, dongeng tentang Putri Mandalika dari Lombok, dan Kisah Raja Ampat yang berasal dari telur naga?
Dongengnya ngeri, Mak. Mengisahkan tentang Putri Mandalika, yang dipinang oleh belasan pangeran.
Karena tidak mau terjadi pertumpahan darah antar kerajaan, maka semua pinangan itu diterima, tapi kemudian sang putri menceburkan diri ke laut.
Lah, bunuh diri ‘kan itu mah namanya, dongeng gini di-sampaikan buat anak SD? Ooowhh maaaayy gaaaat.
Terus, tahukah emak, pertanyaan soal yang harus di-jawab mereka, anak-anak SD itu?
“Menurut kalian, bagaimana sikap Putri Mandalika tersebut yang lebih memilih meleburkan dirinya ke laut?”
Santun bener bahasanya, meleburkan diri. Asli, emak melongo, kok gini?
Lah, F2 bingung ‘kan nulis di bukunya juga, dia bilang, “Mi, itu ‘kan bunuh diri.”
See, anak SD aja tau, kalau itu bunuh diri.
Bukan meleburkan diri dengan pencitraan betapa bijaknya sang putri, karena tidak mau terjadi perang, maka dia mengorbankan dirinya demi kemakmuran dan keselamatan rakyatnya.
Pendangkalan aqidah yang sangat berbahaya, pelajaran anaK SD loh, Makk… ishh ngeriii.
Kemudian dongeng yang kedua, ‘Raja Ampat yang berasal dari Telur Naga’
Dongeng tentang suami istri yang berburu di hutan, dan menemukan 6 butir telur naga, yang kemudian mereka bawa pulang ke rumah.
Saat istrinya meracik bumbu buat masak telurnya, 5 telur tadi menetas. Bukan anak naga, tapi 5 anak manusia, 4 laki-laki dan 1 perempuan.
Dan yang satu butir lagi semakin mengeras, yang akhirnya di-jadikan berhala, di-bangunkan sebuah rumah untuk tempatnya, dan di-sembah-sembah oleh penduduk di sana.
Serta, setiap setahun sekali, batu itu di-mandikan sebagai pembaptisan. Whattt… cerita apalagi iniii.
Emak, sudah cukup bersusah payah jadi guru buat mereka, dan sekarang ditambah lagi harus berjuang lebih keras, mengawasi aqidah mereka gegara program televisi dari pemerintah, yang katanya buat membantu anak-anak SD ini belajar di rumah.
Emak sungguh terkejoet dibuatnya!
Udah mah kemarin emak terbengong-bengong bin terheran-heran, pelajaran tingkat SMA adegannya anak siswi nempel-nempel ke anak siswa.
Lah, kok gini sih, berasa nonton sinetron anak-anak SMA yang lagi pacaran. Begitu yang terlintas di pikiran emak.
Ehh, ternyata pembelajaran hari ini lebih parah.
Emak gak tau deh, gak lanjutin lagi nonton. Udah keburu merasa aneh aja program belajar barengnya.
Ditambah tentang siraman rohani keagaaman Katolik, di sela-sela acara.
Belum puisi anak-anak kecil yang memakai peci koko dan jilbab, tapi mengisahkan tentang Yesus. Duh.
Semakin membahayakan aqidah anak-anak Muslim.
Wajar kah jika para emak bertanya-tanya, ada apa gerangan di balik semua ini?” demikian tulis Dina, Rabu (15/4) kemarin.
Baca Juga: Jawaban untuk Pertanyaan, “Kenapa Harus Pusing dengan Corona”
Hingga berita ini ditulis, unggahan tersebut sudah dibagikan sebanyak 1.500 kali itu, serta mendapat 416 komentar, di antaranya:
Sumiyati Al Islami: Gak usah ditonton aja maak, ngeri. Sampaikan ke kepala sekolah dan guru-guru.
Hasri Yuliyanti Asikin: Setelah 2 hari kemarin nonton, hari ini saya larang nonton. Sebenarnya ga disuruh, cuma buat nambah belajar niatnya, dari hari Senin, juga udah aga aneh, ko belajar gini, kemarin masih mending, Bun, matematika, walaupun cepet banget buat anak kelas 1 kayak anak saya.
Santi Oktalina: Alhamdulillah, Mbak, saya gak jadi liat TVRI, karena tiap hari ada tugas dari Guru kelasnya.
Mimee Umi Achiriyah: Gak pernah nonton saya jadi kurang tau yang itu, anak-anak pernah nonton sekali, tapi sepertinya kurang suka sama acaranya, jadi cari kegiatan lain. Ngeri juga ya ternyata isinya, halus banget caranya masuk.
Muhammad Hafiz Ghifari: Ya, kemarin saya bimbing anak saya nonton, betul seperti itu, hati-hati saja untuk para orang tua, dibimbing anak-anaknya.
Rosi Indahyani: Hehehe, di buku tematik kelas 4 banyak, Bun, pelajaran bahasa indonesia, kisah Tangkuban Perahu atau kisah Danau Toba, anaknya bingung, kata dia ini cerita ga jelas banget, Bu, anjing bisa punya anak manusia, terus anak suka sama ibunya, terus menikah sama ikan. Di satu sisi saya bersyukur, ternyata anak paham, ini nilai-nilai yang tidak benar. Di sisi lain, duuuh, kenapa sih kudu materinya gini banget, tapi ya risiko ikut kurtilas, ya sudahlah, di-kuatkan di keluarga aja.
Baca Juga: Surau dan Berisik Anak-Anak
“Intinya saya menulis ini, karena saya menyaksikan sendiri, bukan katanya. Jangan menimbulkan perdebatan yaa, saya menuliskannya supaya jadi aware buat orangtua. Karena asli, saya kaget dongeng atau cerita atau legenda atau apalah namanya itu, bisa lebih masuk ke anak-anak,” kata Dina.
“Kebayang ‘kan kalau dongengnya mengganggu tauhid anak-anak kita yang jelas-jelas selalu menelan mentah-mentah informasi apa pun. Bisa sangat berbahaya. Anak-anak saya mau bertanya kemarin soal anehnya isi cerita, dan kebetulan emaknya juga nyimak ikut nonton. Nah, kalau yang anaknya gak kritis dan ortu-nya tidak membersamai, bagaimana?” pungkasnya.
Menurut Anda pribadi, bagaimana program ‘Belajar dari Rumah’, yang di-siarkan oleh TVRI, sejauh ini?