Ngelmu.co – Patung Dewa Khong Co Kwan Sing Tee Koen di Kelenteng Kwan Sing Bio, Tuban, Jawa Timur, yang dibangun pada 2016 lalu, seketika ambruk. Belum diketahui apa penyebab runtuhnya patung Jenderal Guan Yu itu. Namun, peristiwa yang terjadi pada Kamis (16/4), sekitar pukul 10.00 WIB, hanya menyisakan tiang rangka.
Robohnya patung pemecah rekor MURI, sebagai patung tertinggi se-Asia Tenggara itu [30 meter], mengagetkan warga sekitar.
“Suaranya keras, kami yang mendengarnya kaget,” kata Jaman (55), warga Desa Latsari, Kecamatan Tuban, yang rumahnya berada di belakang kelenteng, seperti dilansir Detik, Kamis (16/4).
“Patungnya ‘kan terlihat dari sini, karena letaknya di belakang kelenteng. Runtuhnya cepat, hitungan detik. Kelenteng posisinya tutup,” sambungnya.
Mendengar kabar tersebut, Kapolres Tuban, AKBP Ruruh Wicaksono, dan anggota langsung menuju lokasi kejadian.
“Tadi sempat ketemu beberapa pengurus kelenteng. Penyebab pasti runtuhnya belum bisa diketahui,” ujarnya.
“Apa karena angin atau karena bahannya yang gimana. Pihak kelenteng juga belum bisa jawab, karena ini dulu infonya, bantuan dari warga Khonghucu,” lanjut Ruruh.
“Yang jelas, kami akan kumpulkan keterangan secepatnya, supaya bisa segera diketahui penyebab runtuhnya patung ini,” pungkasnya.
Baca Juga: Santri, Kiai, dan Pesantren, 3 Hal yang Paling Ditakuti Penjajah Belanda
Dua tahun lalu, Detik, sempat berbincang dengan Ketua Penilik Kelenteng Kwan Sing Bio, Alim Sugiantoro.
Ia mengatakan, jika patung Dewa Khong Co Kwan Sing Tee Koen, dibangun oleh anak pematung Hadi Purnomo, insinyur dari Surabaya, Djuli Kurniawan.
Patung dengan diameter 5 meter itu, dikerjakan oleh 17 orang dan 50 tukang, dengan biaya dari donasi Hindarto dan Lie Suk Chen, asal Surabaya, senilai Rp1,5 miliar.
“Ada 17 orang yang bantu Pak Djuli. Mereka juga pandai membuat patung. Bahkan, untuk tukang dan kuli, semua warga Tuban,” jelas Alim saat itu.
“Lama pengerjaan monumen hingga selesai itu, butuh waktu nyaris satu tahun lamanya,” imbuhnya.
Patung yang diresmikan oleh Ketua MPR Tahun 2017, Zulkifli Hasan, menurut Alim, dimaksudkan sebagai daya tarik wisata di Tuban.
Meski berhasil memecahkan rekor MURI di tahun 2017 lalu, patung itu, akhirnya harus ditutup dengan kain putih, karena IMB yang bermasalah.
“Sebelum dibangun, pihak kelenteng juga sudah meminta persetujuan warga sekitar,” kata Alim.
“Kita punya bukti tanda tangan dukungan warga, hingga 300 orang yang mendukung,” pungkasnya.