Ngelmu.co – Telah berlalu malam ke-15 Ramadhan 1441 H, dan tak ada huru-hara, bunyi keras, asap, atau apa pun yang gencar di-wanti-wanti sebelumnya.
Memang, sumber dari cerita huru-hara sendiri adalah hadits yang divonis palsu oleh para ulama.
Sedari awal, andai mau mencari pendapat dari ustadz atau ulama lain, yang perhatian terhadap kemurnian hadits, tak ada alasan untuk khawatir atas cerita bombastis pertengahan akhir Ramadhan.
Kemarin, kabar itu gencar di tahun 2012, yang bertepatan malam 15 Ramadhan-nya, saat itu adalah malam Jum’at.
Tapi tak ada apa-apa. Di tahun 2020 muncul lagi, juga tak terjadi yang di-khawatirkan.
Di tahun-tahun ke depan, akan ditemui kembali malam Jum’at 15 Ramadhan.
Kemungkinan besar, akan biasa-biasa saja. Kalaupun ada kehebohan di suatu tempat, tetap tidak akan mengubah derajat hadits itu menjadi hasan atau shohih.
Hanya kebetulan belaka, sesuai yang Allah takdirkan.
Saudaraku, ada kewajiban bagi saya untuk mengingatkan. Terutama kepada yang gemar dengan kajian akhir zaman.
Kajian tanda-tanda kiamat, membuat kita mempersiapkan diri dengan meningkatkan iman dan taqwa?
Saya tidak memungkiri itu bagus. Tapi uban yang tumbuh di kepala adalah bukti yang lebih dekat, agar kita berbenah.
Satu tanda kiamat itu, entah kapan terjadinya. Tapi berkurangnya umur, keriputnya kulit, melemahnya daya lihat mata, adalah tanda terdekat kiamat kecil yang semua orang hadapi.
Maka memperhatikan gejala mendekatnya ajal, lebih penting, karena lebih dekat dengan diri kita.
“dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Adz Dzariyat: 21).
Mencari hal yang memotivasi agar kita mempersiapkan bekal akhirat, itu bagus.
Tapi apakah hanya pada kejadian akhir zaman? Ingatlah, Allah, memuji ulil albab—pada Ali Imron: 191—yang memikirkan penciptaan langit dan bumi.
Bertebaran di kitab suci, Allah, memerintahkan kita merenungi hujan yang turun, penciptaan makhluk, dan juga apa yang terjadi pada diri kita sendiri.
Hujan sering tercurah, sedang tanda kiamat entah kapan. Ada yang lebih dekat untuk kita jadikan motivasi bertaqwa.
Jangan sampai naik-turunnya iman kita, bergantung pada tanda akhir zaman.
Ketika bertemu prediksi yang dekat, kita taat, tetapi setelah prediksi itu meleset, iman kembali turun.
Saudaraku, saya sarankan agar cerita yang Anda dapat dalam hadits kajian akhir zaman, ditanyakan lagi kepada ustadz yang paham tentang hadits.
Tanyakan keshohihannya. Agar kita mendapat informasi berlapis, dan dapat bersikap selektif.
Memang salah orang yang lebih mengagungkan akal. Tapi jauh lebih berbahaya, orang yang bermain dengan imajinasi dalam beragama.
Saudaraku, jangan lupakan prioritas dalam menuntut ilmu. Banyak hal yang butuh kita tambah dalam pengetahuan.
Tentang fiqh, aqidah, membina keluarga, siroh, dan lain-lain.
Saya alami sendiri, suatu ketika didebat oleh teman yang gandrung dengan bacaan teori konspirasi.
Namun, saat ia mudik lebaran, ia masih bertanya bagaimana cara menjamak sholat, kepada saya.
Dalam riwayat kedua Hadits Arbain Nawawi, jibril yang menjelma menjadi manusia, bertanya kepada Rasulullah tentang islam, iman, dan ihsan.
Barulah terakhir tentang tanda kiamat. Itu pun tak ada memastikan kapan terjadinya.
Menurut saya, ibrohnya adalah mempelajari aqidah, fiqh, dan tazkiyatun nafs, hal yang lebih di-dahulukan sebelum mengkaji akhir zaman. Allahu a’lam.
Saudaraku, jangan sampai kita termasuk yang hafal tanda-tanda kiamat, termasuk kisah yang dhoif dan palsu.
Namun, tak paham bagaimana hukum darah nyamuk di baju yang akan dipakai untuk sholat.
Saudaraku, jangan sampai penyikapan atas kajian akhir zaman menjadi kontraproduktif terhadap hidup umat.
Misal, karena meyakini teknologi akan musnah, lantas menganggap tak berguna menguasai teknologi.
Mendengar instruksi dari seorang ustadz, agar menyimpanan bekal makanan setahun guna menghadapi huru-hara pertengahan Ramadhan, saya timbul rasa khawatir.
Di tengah krisis begini, diperlukan sikap saling berbagi.
Lalu, bagaimana bila umat jadi kikir dan menimbun makanan karena terpengaruh cerita itu? Harga bahan pokok melambung, tetangga miskin kian kelaparan.
Tak kalah penting dari kajian akhir zaman adalah kajian akhir bulan yang bertujuan membantu saudara kita, yang gajinya pas-pasan.
Saudaraku, menyimak kajian akhir zaman, dibutuhkan sikap bijak.
Pastikan keshohihan sumber cerita. Jangan lupa prioritas, dan ingat, banyak hal di sekitar kita yang lebih dekat untuk dijadikan bahan mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga Allah, memberi petunjuk pada kita semua. Aamiin.
Oleh: Zico Alviandri
Baca Juga: Mudik atau Pulang Kampung? Kembalikan Saja ke KBBI