Ngelmu.co – “Corona sama sekali tak mengganggu ibadah kami saat Ramadhan,” ujar Prof Dr Zakariya, di Smart Class pekan lalu.
“Kenapa? Karena tiap rumah di Gaza, setidaknya punya satu imam yang berkualitas. Setiap satu keluarga, setidaknya punya satu orang penghafal Quran. Setiap keluarga bisa memfungsikan rumah selayaknya masjid,” sambungnya.
“Malam-malam di Gaza, selalu hidup dengan ibadah, ramai dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Al-Quran is basic in Gaza!” imbuhnya lagi.
Gak kayak di Indonesia, yang hafiz-hafizah, jadi sesuatu yang ‘wah’. Di Gaza, ya memang seharusnya begitu.
Ini juga alasan, mengapa Gaza, memiliki pejuang-pejuang tangguh yang siap menjaga Tanah Air-nya.
Karena penasaran, aku cari tahu, gimana sih Al-Qur’an bisa benar-benar membumi di Gaza?
Kalau menurut Syaikh Humaid Abu Warda, setidaknya ada 40.000 penghafal Quran di Gaza, dan terus bertambah ribuan, di setiap tahunnya.
Kira-kira begini sistem TPA anak-anak Gaza:
1. Tahsin, orang Arab saja, masih harus dilatih dulu cara baca Quran yang baik dan benar. Apalagi kita?
2. Lanjut menghafal Quran sampai mutqin. Ujian akhirnya, baca Quran 30 juz, sekali duduk tanpa kesalahan apa pun. Baru lulus!
3. Belajar sirah nabawiyah langsung dari Al-Qur’an. Jadi, ayat per ayat dibahas kaitannya langsung dengan perjuangan Rasulullah.
Bayangin deh, ada ribuan tempat menghafal Quran di Gaza, dan gurunya secanggih itu, bisa jelasin Sirah Nabawiyah, langsung dikaitkan dengan tafsir Quran.
4. Terakhir, hafalan ribuan hadist.
Sudah! Lulus syarat pertama jadi pejuang Gaza.
Itu baru basic banget. Orang-orang Gaza yang kutemui, sudah jadi doktor di usia yang masih sangat muda, 28, 29, 30.
Jadi prestasi dunia-akhiratnya, seiring sejalan.
Baca Juga: Guru Tahfidz Meninggal Dunia saat Mendekap Al-Qur’an
Dengar-dengar, kalau mau masuk Izzudin Al-Qasam, harus punya track record tiga tahun tak pernah absen sholat Subuh di masjid.
Kualifikasi seperti ini yang membuat Gaza, sulit tertembus mata-mata. Keimanan yang dalam menghujam, tak bisa di-duplikasi hanya dalam satu malam.
Kalau mau jadi ‘Kuntum Khairu Ummah’, Umat Terbaik, “Maka jadilah orang yang paling dekat dengan jalan hidup Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, hafal Al-Qur’an, paham Sirah, hafal hadist, amalkan dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Prof Zakariya.
Pada akhirnya, Gaza, menyadarkanku kalau perjuangan bersama Al-Qur’an masih panjaaaang banget.
Hari ini tuh, kayak belum ke mana-mana. Mentok-mentok, juga baru jadi standar buat orang Gaza. Belum lagi pengamalannya.
Semangat semua!
Ramadhannya mau pergi!
Selamat merayakan hari jadi bermesra dengan Al-Qur’an. Jangan kasih kendor!
Oleh: Farah Qoonita