Ngelmu.co – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat (Sumbar), memunculkan istilah ‘Islamic Life Style’, sebagai pengganti istilah ‘New Normal’.
Lebih baik menggunakan istilah ‘Gaya Hidup Islami’, ketimbang ‘Normal Baru’, yang relatif kabur.
Apalagi kalau itu hanya sekadar pakai masker, sering cuci tangan, jaga jarak, atau #DiRumahAja, kalau tak ada keperluan yang mendesak keluar rumah.
Gaya Hidup Islami, sudah sejak 15 abad yang lalu, menyuruh cuci tangan, minimal lima kali dalam sehari; ketika hendak sholat wajib.
Belum lagi anjuran untuk selalu menjaga wudhu.
Itu artinya, setiap lepas wudhu, setiap itu juga kembali mencuci tangan.
Kalau jaga jarak, tak hanya jarak yang dijaga, tapi pandangan untuk tak melihat hal-hal yang tidak dibolehkan, juga demikian.
Ditambah pula, tiap keluar rumah harus baca doa, dan selama perjalanan, berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jadi, tak ada istilah keluar rumah itu berleha-leha tak karuan, tanpa jelas keperluan apa yang hendak dicari.
Soal masker, bahkan kaum wanita, sudah sejak dulu dianjurkan pakai cadar.
Kaum pria pakai sorban, yang bisa digunakan sebagai penutup mulut, bila udara atau suhu dirasa tak baik.
Baca Juga: New Normal… Old Disease plus New Campaign
Jadi, betul sekali, Ketua Umum MUI Sumbar, mengganti istilah ‘Gaya Hidup Islami’, dengan istilah ‘Normal Baru’, yang malah bisa diartikan kehidupan yang tidak normal.
Gaya Hidup Islami adalah cara hidup yang sangat normal, sejak dulu.
Buat apa lagi bikin-bikin cara hidup baru yang tak jelas dan kabur itu?