Ngelmu.co – Atas pernyataannya soal webinar diskusi pemakzulan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang digelar oleh Masyarakat Hukum Tata Negara Muhammadiyah (Mahutama), Ade Armando, menyampaikan maaf kepada PP Muhammadiyah. Tetapi tidak demikian terhadap Din Syamsuddin.
Permintaan maaf itu, ia sampaikan, setelah mengetahui diskusi diselenggarakan tanpa sepengetahuan PP Muhammadiyah.
“Saya menyatakan permintaan maaf kepada PP Muhammadiyah, karena ternyata PP Muhammadiyah, memang menyatakan tidak merestui acara tersebut,” kata Ade, seperti dilansir Detik.
“Jadi, acara tersebut membawa-bawa nama Muhammadiyah,” sambungnya, Selasa (2/6).
“Ternyata itu apa yang dilakukan organisasi tersebut, Mahutama itu, sebetulnya semacam tindakan di luar sepengetahuan, di luar restu PP Muhammadiyah,” lanjut Ade.
Maka Ade, meluruskan jika kritik yang disampaikan olehnya, seharusnya ditujukan kepada panitia penyelenggara.
“Jadi, dengan kata lain, bahkan PP Muhammadiyah sendiri, seperti merasa bahwa webinar itu hal yang tidak layak dan tidak pantas,” tuturnya.
“Jadi sejalan dengan pertanyaan saya, ini maksudnya apa, mau menggulirkan isu pemakzulan presiden, ‘kan,” imbuh Ade.
“Jadi karena sekarang Muhammadiyah, mengatakan mereka mengecam webinar tersebut, maka kritik saya tidak layak saya tujukan kepada organisasi Muhammadiyah, tetapi kepada panitia itu sendiri,” sambung Ade.
Baca Juga: Bicara soal Pemakzulan Presiden, Din Syamsuddin: Sangat Mungkin Dilakukan
Namun, Ade menegaskan, dirinya tak akan meminta maaf kepada Din.
“Kalau Din Syamsuddin, enggak akan saya minta maaf, karena bahkan di webinar tersebut, bahkan Din Syamsuddin, justru menambah persoalan, karena di jadi keynote speaker,” ujarnya.
“Justru dia, mengatakan saat ini pemerintah Indonesia sudah memenuhi ciri-ciri pemerintahan yang diktator, yang memang memenuhi syarat untuk dimakzulkan,” lanjut Ade.
“Bahkan dia menyarankan, masyarakat untuk berani untuk melawan pemerintah,” sambungnya.
“Saya tidak akan minta maaf terhadap orang, betapa pun dia seorang senior yang dihormati di Muhammadiyah, tetapi saya menganggap dia tidak layak untuk dihormati,” tegas Ade.
Justru Muhammadiyah, kata Ade, harus mempertanyakan soal pernyataan yang disampaikan oleh Din.
“Pertama, yang menghina pemerintah dengan mengatakan pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat, gara-gara konser Corona,” kata Ade.
“Kedua adalah, baru pernyataan bahwa sekarang ini, pemerintahan Indonesia adalah pemerintahan yang diktator dan memenuhi syarat untuk dimakzulkan,” imbuhnya.
Sebelumnya, lewat akun Facebook-nya, Senin (1/6) kemarin, Ade, mempertanyakan diskusi bertajuk ‘Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusionalitas Pemakzulan Presiden di Era Pandemi Covid-19’.
Di mana diskusi tersebut, digelar oleh Mahutama, dengan menunjuk Din, sebagai keynote speaker.
“Isu pemakzulan Presiden digulirkan Muhammadiyah. Keynote Speakernya Din Syamsuddin, si dungu yang bilang konser virtual Corona menunjukkan pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat,” tulis Ade.