Ngelmu.co – ‘Hati hati kalo ngomong! Nanti di-aminin malaikat’, pernah dengar orang bilang begitu? Ada yang menganggap ucapan itu, doa yang bisa terwujud. Sehingga, kita tidak boleh sembarang bicara.
Anggapan seperti ini, semakin kuat dengan bukti ucapan Wali Kota Surabaya, beberapa waktu lalu.
Pada 21 Maret 2020, detik.com, membuat headline dengan judul: ‘Canda Risma soal Surabaya Zona Merah Corona, Risma: Memang, karena PDIP’.
“Memang zona merah? Karena PDIP. Hahahaha,” kata Risma, kepada wartawan sambil bercanda di rumah dinasnya, Jalan Sedap Malam, Sabtu (21/3/2020).
Begitu kutipan yang diambil dari media tersebut.
Terbukti, sekarang ini, Surabaya, menjadi kota yang paling darurat Corona.
Warna indikatornya bukan lagi merah, tapi merah tua, bahkan hitam.
Beberapa hari terakhir, penambahan pasien COVID-19, terbanyak dari sana.
Nah, terbukti ‘kan? Pada kasus ini, memang qodarullah, kebetulan kejadian apa yang di-omongkan Bu Risma.
Tapi tidak selalu begitu. Malah banyak ucapan yang tidak terwujud dalam kasus Corona ini.
Misalnya, candaan Mahfud MD, pada 15 Februari lalu.
“Alhamdulillah, 243 WNI yang pulang dari Wuhan dan diobservasi 14 hari, di Natuna, dinyatakan bersih dari Corona.”
Dalam kelakarnya, Menko Perekonomian, Airlangga bilang, “Karena perizinan di Indonesia berbelit-belit, maka virus Corona tak bisa masuk. Tapi Omnibus Law tentang perizinan lapangan kerja, jalan terus,” tulisnya di Twitter.
Kenyataannya, per hari ini, Ahad (7/6), angka pasien Corona mencapai 31 ribuan.
Kemudian candaan Menteri Budi Karya, “(Ini) guyonan sama Pak Presiden, ya. Insya Allah, (virus) COVID-19 tidak masuk ke Indonesia, karena setiap hari kita makan nasi kucing, jadi kebal,” ujarnya, saat menghadiri peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik ke-74 di Grha Sabha Pramana, UGM, Yogyakarta, pada 17 Februari.
Tapi yang terjadi, malah beliau, sempat mengidap penyakit itu.
Ada lagi. Kali ini dari Menteri Kesehatan, Terawan.
Ia berbicara, kepada awak media menyoal Indonesia bebas virus Corona, di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (15/2/2020).
“Secara medis, doa, semua karena doa, saya yakin doa-lah yang membuat kita semua (bebas virus Corona),” ujarnya.
Kalau mau ditelusuri, ada beberapa lagi ucapan pejabat tentang Corona, yang tak terwujud.
Masih ingat ucapan Pak Jokowi, tentang stok masker 50 juta buah? Namun, kenyataannya masih langka di lapangan.
Di luar kasus Corona, juga banyak. Misalnya ucapan Kiai Ma’ruf Amin, bulan September 2018.
“Bulan Oktober nanti, akan diluncurkan mobil nasional bernama Esemka, yang dulu pernah dirintis oleh Pak Jokowi,” tuturnya.
“Akan diproduksi besar-besaran,” sambung Ma’ruf.
Baca Juga: Wahai Pancasila… Komunisme Itu Musuhmu, Maka Jadikanlah Ia Musuh!
Namun, kenyataannya, kita sama-sama tahu ya.
Oh iya, ingat dengan kata-kata ‘meroket’? Saya tak perlu jelaskan lagi.
Jadi bagaimana, sebenarnya ucapan itu doa atau bukan?
Mungkin ada yang berargumen, “Tetap saja ucapan itu doa. Tapi ‘kan, tidak semua doa itu terkabul. Kebetulan contoh yang disebutkan tadi, yang tidak diijabah.”
Lantas, bagaimana yang benar?
Ucapan itu belum tentu doa. Dalam Islam, ada kaidah fiqh yang berbunyi, ‘al umuru bi maqosidiha’.
Artinya, segala perkara tergantung pada tujuannya.
Ingat, doa itu ibadah. Maka kata Rasulullah, ‘innamal a’malu binniyat’. Sesungguhnya, sesuatu amal tergantung dengan niat.
Maka bagaimana bisa menjadi doa yang bernilai ibadah, kalau tidak diniatkan?
Jadi, sebuah ucapan tergantung maksudnya, karena jenis-jenis kalimat ‘kan ada beberapa macam.
Ada kalimat tanya, berita, perintah, dan seruan.
Doa itu termasuk kalimat perintah. Ya, bukan berarti layaknya bos kepada bawahan, na’udzubillah.
Tapi berupa permintaan seorang hamba dengan merendahkan diri kepada Tuhan.
Kalimat itu harus spesifik ditujukan kepada Yang Maha Kuasa.
Jangan lupa, doa juga ada adab-adabnya. Jadi, tidak bisa sembarang kalimat yang terlontar dari mulut yang bisa dikategorikan doa.
Malaikat pun tidak serta merta mengaminkan semua ucapan manusia.
Sedangkan kalimat yang benar-benar diniatkan sebagai doa saja belum tentu malaikat ikut mengaminkan.
Tapi tetap, patuhi pesan Rasulullah, “Berkata baik atau diam.”
Allahua’lam bishshowab.
Oleh: Zico Alviandri