Ngelmu.co – Setelah Hagia Sophia, kembali menjadi masjid, sekelompok warga Israel—sembilan orang—yang mengatasnamakan diri sebagai ‘Jerusalem Initiative’, melakukan aksi protes dengan membakar bendera Turki, di depan Konsulat negara tersebut, yang ada di Yerusalem.
Peristiwa yang terjadi pada Senin (13/7) itu, menjadi bentuk protes atas kebijakan yang dipilih Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Bahkan, mereka menyebut apa yang dilakukan oleh Turki, sebagai tindakan provokatif.
Terdiri dari jemaat Kristen dan Yahudi—termasuk satu orang tentara Israel—kelompok itu diketuai oleh Elias Zarina.
Melalui pembicaraan melalui media pemerintah Turki; Anadolu Agency, Zarina menyampaikan permintaan.
Ia berharap, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bisa mendukung dan melindungi orang Kristen di seluruh dunia.
Tak hanya membakar bendera Turki, kesembilan orang itu juga mengibarkan bendera Yunani.
Begitupun dengan bendera Kekaisaran Bizantium. Mereka juga menggantung spanduk anti-Turki.
Aksi di luar konsulat itu pun langsung diamankan oleh pihak kepolisian, dengan menangkap kesembilan orang tersebut.
Baca Juga: Erdogan Sebut Kebangkitan Hagia Sophia Langkah Awal Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Mengetahui hal ini, Selasa (14/7) kemarin, Turki, pun mengecam keras pembakaran bendera negaranya.
“Kami mengutuk keras pembakaran bendera kami selama demonstrasi di depan Konsulat Jenderal Yerusalem, pada 13 Juli 2020.”
Demikian kata Kementerian Luar Negeri Turki, dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Ngelmu, dari aa.com.tr, Rabu (15/7).
“Tidak ada yang bisa tak menghormati atau melanggar bendera kami yang mulia,” sambungnya.
“Kami berharap para pelaku tindakan kasar ini dibawa ke pengadilan, dan dijatuhi hukuman yang pantas,” lanjut pernyataan itu lagi.
Terlepas dari itu, sebelumnya, Hamas Palestina, telah mengucapkan selamat kepada Turki, atas keputusannya terkait Hagia Sophia.
“Membuka Hagia Sophia untuk sholat adalah momen yang membanggakan bagi semua Muslim.”
Demikian pernyataan kepala kantor pers internasional Hamas, Rafat Murra, secara tertulis, Selasa (14/7).
Lebih lanjut ia pun mengkritik, dunia Arab yang nampak tak peduli dengan nasib Masjid al-Aqsa.
“Kami belum pernah melihat mereka khawatir tentang Masjid al-Aqsa. Kami belum melihat mereka sedih ketika Zionis menyerang Kubah Batu (Dome of the Rock),” ujar Rafat.
“Ketika penjajah melarang azan di Masjid Al-Halil atau masjid Palestina. Mereka tidak peduli,” sambungnya.
Hari Jumat (10/7) lalu, adalah sejarah bagi Muslim, karena Erdogan, memenuhi janjinya untuk mengembalikan Hagia Sophia, menjadi masjid.