Ngelmu.co – Apa sekelompok warga Israel—Jerusalem Initiative—yang memprotes kebijakan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, soal Hagia Sophia, lupa jika negaranya pernah mengubah sebuah masjid menjadi bar?
Kita ulas kembali. Pada 2019 lalu, Israel, mengubah Masjid Al-Ahmar, menjadi bar dan aula pesta pernikahan.
Padahal, masjid yang berada di Safed, itu merupakan salah satu bangunan bersejarah milik warga Palestina, sejak abad ke-13.
Baru pada 1948, Masjid Al-Ahmar, dikuasai oleh geng-geng Yahudi.
Awalnya, bangunan itu diubah menjadi sekolah Yahudi, kemudian dialih-fungsikan kembali menjadi pusat kampanye pemilu Partai Likud.
Bahkan, sebelum diubah menjadi bar, masjid itu sempat dijadikan gudang pakaian.
Dilansir Al-Quds-Al-Arabi dan Gulf News, Masjid Al-Ahmar, diubah jadi bar dan aula pesta pernikahan, oleh perusahaan yang berafiliasi dengan pemerintah Israel.
Masjid Al-Ahmar yang dibangun pada tahun 1276, kata sejarawan asli Safed, Dr Mustafa Abbasi, memiliki nilai historis serta arsitektur yang langka.
“Nama Masjid Al-Ahmar, berasal dari batu merahnya. Sekarang, masjid ini digunakan dengan berbagai cara, tapi bukan sebagai ruang sholat untuk Muslim,” ujarnya.
Bukan hanya fungsi yang diubah, nama pun turut diganti, dari Masjid Al-Ahmar menjadi Khan Al-Ahmad.
Terlepas dari itu, Sekretaris Safed and Tiberias Islamic, Khair Tabari, menunggu keputusan pengadilan Nazaretuh, terkait gugatan yang diajukan; meminta pengembalian fungsi menjadi masjid.
“Saya telah menyerahkan dokumen untuk membuktikan kepemilikan umat Islam atas masjid tersebut,” tuturnya.
Perubahan fungsi masjid itu, kata Tabari, membuat gedung bebas untuk digunakan semua pihak, kecuali Muslim.
Perlu diketahui, Safed, merupakan daerah yang pernah dihuni oleh 12 ribu warga Palestina; sebelum diusir dari rumah mereka oleh pemerintah Israel, pada 1948.
Baca Juga: Kelompok Israel Bakar Bendera Turki Usai Hagia Sophia Kembali Jadi Masjid
Inilah yang menjadi pertanyaan, mengapa Jerusalem Initiative, memprotes hingga membakar bendera Turki, di depan Konsulat negara tersebut, yang ada di Yerusalem.
Peristiwa yang terjadi pada Senin (13/7) lalu, disebut sebagai bentuk protes atas kebijakan yang dipilih Presiden Erdogan.
Bahkan, mereka menyebut apa yang dilakukan oleh Turki, sebagai tindakan provokatif.
Terdiri dari jemaat Kristen dan Yahudi—termasuk satu orang tentara Israel—kelompok itu diketuai oleh Elias Zarina.
Melalui pembicaraan melalui media pemerintah Turki; Anadolu Agency, Zarina menyampaikan permintaan.
Ia berharap, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bisa mendukung dan melindungi orang Kristen di seluruh dunia.
Tak hanya membakar bendera Turki, kesembilan orang itu juga mengibarkan bendera Yunani.
Begitupun dengan bendera Kekaisaran Bizantium. Mereka juga menggantung spanduk anti-Turki.
Pertanyaannya, mengapa mereka sibuk dengan Hagia Sophia, tetapi justru menutup mata dari Al-Ahmar?