Ngelmu.co – Dalam kehidupan seorang Muslim, ada banyak waktu-waktu khusus yang Allah Subhanahu wa Ta’ala, siapkan untuk beribadah kepada-Nya; paling fenomenal adalah ibadah di waktu bulan Ramadan.
Jika dirinci, waktu ibadah itu bisa kita mulai dari per detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, dan tahun.
Sebagai contoh di antaranya ibadah detik, menit, adalah bertasbih menyebut asma Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sedangkan harian adalah waktu mustajab berdoa di antara azan dan iqomah.
Kemudian pekanan adalah sholat Jumat, sementara bulanan sekaligus tahunan adalah puasa di bulan Ramadan.
Contoh di atas, belum cukup mewakili secara keseluruhan ibadah yang di syari’atkan dalam agama Islam.
Masih banyak yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ajarkan.
Tetapi setidaknya, contoh di atas sudah cukup mengambarkan bahwa ada waktu-waktu khusus beribadah di sepanjang kehidupan manusia.
Dari apa yang diuraikan di atas, menunjukkan bahwa ibadah, hakikatnya amalan yang berkelanjutan.
Terus-menerus dilakukan oleh seorang hamba, kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu, walaupun itu sedikit.”
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah agar kita bisa pertengahan dalam melakukan amalan.
Berusaha melakukan suatu amalan sesuai dengan kemampuan, karena amalan yang paling dicintai Allah, adalah amalan yang rutin dilakukan; walaupun sedikit.
Saat ini, pastinya sudah ada waktu-waktu utama ibadah yang terlewati, seperti bulan Sya’ban, Ramadan, Syawal.
Di mana ada semangat beribadah yang berbeda kita rasakan dan jalani.
Tetapi kita harus ingat, bahwa hakikat ibadah pada prinsipnya amalan yang terus-menerus dan berkelanjutan.
Baru akan berhenti pengamalannya, ketika kita semua bertemu dengan kematian.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu, sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal),” (QS. Al-Hijr: 99).
Baca Juga: Teruntuk Saudaraku Penggemar Kajian Akhir Zaman
Beribadah adalah praktik penghambaan kepada Allah Ta’ala, yang terus-menerus dilakukan oleh seorang hamba.
Seluruh amalan ibadah, baru akan terhenti ketika ajal datang; dimensi waktunya panjang.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menyukai amalan yang kontinu; meski sedikit, dibanding banyak, kemudian hilang atau ditinggalkan.
Semoga kita selalu dibimbing Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjadi hamba-Nya yang giat beribadah.
Terus-menerus; sampai kematian akan datang pada kita. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Oleh: Dosen dan Pegiat Sosial, Rosandi Ardi Noegraha