Ngelmu.co – Sudah lebih dari dua pekan, sejak Hagia Sophia, kembali difungsikan menjadi masjid. Namun, pertanyaannya, mengapa Eropa (barat), justru meradang, tak menerima hal ini?
Sebagaimana gereja-gereja di Yunani, yang mengibarkan bendera setengah tiang.
Paulus Roma pun menangis, lonceng gereja-gereja Eropa, berdering panjang.
Senator Amerika Serikat, protes dan menyesalkan perubahan Hagia Shopia—Ayasofya—dari museum menjadi Masjid.
Baca Juga: Berduka Atas Hagia Sophia: Gereja Yunani Kompak Bunyikan Lonceng, Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Tetapi mengapa? Sebab, mereka tahu persis apa yang terjadi pada 600 tahun lalu.
Bagaimana Templar tentara salib, dikalahkan oleh bangsa Seljuk, dan pendiri Turki Utsmani.
Mereka diusir dari Palestina, Syam, Hijaz, dan Turki, oleh pasukan berani mati; Turki Utsmani.
Mereka tahu persis, bahwa salah satu Sultan khilafah Utsmaniyah Muhammad Al-fatih, adalah penakluk legendaris, atas Bizantium.
Ibu kota Romawi—negara super power saat itu—takluk. Gereja, berubah menjadi masjid; setelah dibeli dari para pendeta Bizantium.
Baca Juga: Politikus PDIP Sebut Hagia Sophia Pencitraan Erdogan, Ini Respons Warganet
Mereka—Eropa (barat)—tahu persis bahwa dengan kembalinya Hagia Shopia, menjadi masjid, berarti pertanda bahwa Islam dan sistem khilafahnya, akan kembali bangkit.
Bangkita dari tidurnya, menyelamatkan umat Islam dunia; walaupun banyak orang Islam, tidak menyadarinya.
Mereka sadar betul, bahwa Hagia Shopia, bukan sekadar masalah gedung tua bersejarah.
Tetapi soal bangkitnya semangat membebaskan umat Islam, dari penjajahan barat sekuler; menuju Islam yang damai dan adil.
Oleh: Pengamat Kebangkitan Islam Modern, Ibnu Muhammad