Ngelmu.co – Pandemi Corona telah membuat perekonomian dunia menurun drastis. Bahkan, ada beberapa negara maju yang masuk jurang resesi.
Beragam kebijakan yang dilakukan oleh negara maju guna memutus penyebaran virus Covid-19, ternyata hanya membuat perekonomian semakin merosot.
Segala aktivitas bisnis yang terpaksa dihentikan pun, menjadi pengantar negara-negara maju masuk ke jurang resesi. Sebab, mereka tak mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi hingga mengalami kontraksi.
Adapun daftar negara maju yang masuk resesi yakni sebagai berikut:
1. Amerika
Ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan yang sangat buruk sepanjang masa. Yakni minus 32,9 persen secara tahunan pada kuartal II 2020. Inilah yang menjadi penyebab AS masuk ke jurang resesi.
Pada kuartal I 2020 alias periode Januari-Maret, pertumbuhan ekonomi AS pun diketahui telah minus 5 peren. Resesi yang terjadi di sana pun bukan resesi biasa. Melainkan kombinasi kesehatan dan ekonomi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dampak yang terjadi terhadap warga Amerika Serikat (AS) sangat besar.
April 2020 lalu, lebih dari 20 juta pekerjaan di AS lenyap. Ini terjadi akibat diterapkannya lockdown dan sejumlah binis yang ada ditutup sementara. Sebagian besar negara bagian mengambil kebijakan utnuk tetap di rumah.
Pademi Corona ini mendorong ekonomi AS berada di tebing. Resesi pada tahun ini hampir empat kali lebih buruk dibanding krisis keuangan sebelumnya. Sekedar mengingatkan, pada kuartal IV 2008 lalu, ekonomi AS terkontraksi atau minus 8,4 persen.
2. Singapura
Kondisi ekonomi Singapura pada kuartal II 2020 juga mengalami penurunan pada posisi 41,2 persen secara kuartalan (qtq). Sama halnya seperti AS, kontraski ini disebabkan karena adanya pembatasan sosial dan lockdown di negara tersebut.
Sedangkan, negara ini sangat bergantung pada sektor perdangan, karena menjadi hubungan kegiatan ekspor dan impor di kawasan Asia Tenggara. Pertumbuhan ekonomi Singapura tersebut juga jauh lebih dalam dibandingkan proyeksi Reuters yang minus 37,4 persen. Sektor konstruksi pun anjlok hingga 95,6 persen.
Sementara jika dibandingkan secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Singapura di kuartal II 2020 anjlok 12,6 persen (yoy), jauh lebih dalam dibandingkan kuartal I 2020 yang juga minus 0,3 persen (yoy). Capaian tersebut juga merosot dibandingkan proyeksi para ekonom di kisaran 10,5 persen (yoy).
“Penurunan ekonomi ini menandai adanya kemerosotan selama dua kuartal berturut-turut, setelah di kuartal I 2020 turun 0,3 persen (yoy) dan 3,3 persen (qtq), memenuhi definisi untuk resesi,” tulis Reuters seperti dikutip kumparan, Selasa (14/7).
Pemerintah Singapura sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi selama tahun ini berada di kisaran minus 7 persen hingga minus 4 persen (yoy), penurunan terbesar sepanjang masa negeri tersebut.
3. Korea Selatan
Dalam 17 tahun terakhir, Korea Selatan memasuki jurang resesi untuk yang pertama kalinya. Penyebabnya tak lain karena anjloknya kegiatan eskpor akibat pandemic Covid-19. Bahkan, Bank of Korea mengumumkan, bahwa produk domestic bruto di negeri ginngseng tersebut menurun hingga 3,3 persen pada periode April hingga Juni dibandingkan kuartal sebelumnya, sebesar 1,3 persen.
Anjloknya perekonomian di Korsel penah terjadi selama dua kuartal berturut-turut sejak 2003, dan penurunan kuartalan yang paling curam terjadi pada 1998 lalu. Ekspor turun hingga 16,6 persen, dan merupakan penurunan paling tajam sejak 1963. Serta impor yang juga turun 7,4 persen. Sementara konsumsi swasta meningkat 1,4 persen karena pengeluaran yang lebih tinggi untuk barang tahan lama, seperti mobil dan peralatan rumah tangga.
“Perekonomian Korea telah menurun sejak Oktober 2017, dan goncangan covid-19 mempercepat laju penurunan ekonomi,” kata direktur BOK Park Yang-soo seperti dilansir dari Nikkei, Kamis (23/7/2020).
Menurut penjelasan Menteri Keuangan Hong Nm-ki, penutupan ekonomi global selama masa pandemi ini, telah menghentikan jalur produksi luar negeri perusahaan-perusahaan Korea di Vietnam dan India. Sehingga hal ini semakin membebani ekspor.
Deiktahui, resisi ini teradi ketika Presiden Moon Jae-in berencana untuk menaikkan pajak property dan penjualan untuk menjinakkan harga rumah yang melonjak, terutama di Seoul. Kebijakan ini, memberikan sedikit ruang untuk Bank of Korea (BOK) untuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut.
Risiko suku bunga yang rendah, memberikan banyak likuiditas di pasar perumahan. Pekan lalu, Gubernur BOK Lee Ju-yeol mengatakan, penting membiarkan alisan likuditas melimpah ke sector produktif.
“Yang paling penting adalah kita memiliki banyak tempat produktif untuk menarik investasi,” kata Lee dalam sebuah konferensi pers.
Lee mengatakan, PDB negara itu dapat berkontraksi lebih lanjut tahun ini. Lebih dalam dari perkiraan bank sentral yakni minus 0,2 persen pada bulan Mei.
4. Jerman
Jerman juga resmi mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) minus 10,1 persen. Hal ini membuat Jerman masuk ke jurang resesi. Sebab, pada kuartal I 2020, PDB Jerman mengalami kontraksi hingga 2,2 persen.
Menurut Badan Statistik Federal Jerman menyebut, bahwa kontraksi dalam PDB menjadi terbesar dan lebih para dibandingkan krisis keuangan pada 2008-2009. Segala upaya untuk menanggulangi pandemi Covid-19 membuat ekonomi merosot, terutama pada sektor ekspor dan impor.
Meski demikian, di tengah teradinya resesi, Jerman berhasil menahan angka PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Angka pengangguran yang dirilis bersamaan dengan PDB menunjukkan stabil di 6,4 persen pada Juli, sama seperti bulan sebelumnya.
5. Jepang
Negara maju yang masuk jurang resesi berikutnya adalah Jepang. Negeri sakura ini mengalami pertumbuhan ekonomi minys 3,4 persen pada periode Januari hingga Maret 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini menjadi penurunan terbesar sejak 2015 lalu. Kontraksi pertumbuhan ekonomi Jepang ini pun menyusul pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2019 yang mencapai minus 6,4 persen.
6. Prancis
Prancis mengalami kontraksi alias minus 13,8 persen para kuartal II 2020 akibat penerapan lockdown di masa pandemi. Hal tersebut disebutkan oleh INSEE, biro statistic Prancis. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Prancis dalam tiga kuartal terakhir mengalami kontraksi.
Ketika lockdown baru diterapkan, menjadi minus 5,9 persen dari perkiraan sebelumnya sekitar 5,3 persen. Pencapaian pada kuartal II 2020 ini, menunjukkan Prancis telah mengalami kontraksi selama tiga kuartal berturut-turut. Pada kuartal II 2020, kontraksi ekonomi Prancis jauh lebih dalam dari negara-negara Eropa lainnya seperti Jerman yang minus 10,1 persen, Austria kontraksi 10,7 persen, dan Belgia minus 12,2 persen.
7. Hong Kong
Sama halnya dengan enam negara maju di atas, Hong Kong juga resmi mengalami resesi selama empat kuartal berturut-turut sejak 2019. Hong Kong terperosok kian dalam ke jurang resesi pada kuartal II 2020, terkontraksi 9 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu.
Pada kuartal III 2019, ekonomi Hong Kong mengalami kontraksi 2,8 persen. Penurunan tersebut disebabkan adanya aksi demo yang bekepanjangan. Tak berhenti sampai di situ, pada kuartal IV 2019, ekonomi Hong Kong kembali minus 3 persen, ini membuat negara tersebut resmi terperosok ke jurang resesi.
Sekretaris Keuangan Hong Kong Paul Chan mengatakan Hong Kong menghadapi jalan bergelombang menuju pemulihan ekonomi. Sebab, kasus baru virus corona di Hong Kong juga melonjak akhir-akhir ini. Alhasil, pemerintah Hong Kong kembali memberlakukan pembatasan sosial.
Baca Juga: COVID-19 Percepat Jatuhnya Korsel ke Jurang Resesi, Indonesia Bagaimana?
Di sisi lain, Hong Kong juga kena dampak negatif kembali memanasnya tensi AS-China yang menambah ketidakpastian ekonomi global. Terlebih Hong Kong menjadi sumber api perselisihan AS-China setelah pemerintah China memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong pada awal Juli.