Ngelmu.co – Menempuh pendidikan, bukannya hanya perlu modal materi, tapi juga kemauan. Mohammad Khairudin (Udin), membuktikannya.
Tumbuh di tengah keadaan sangat sederhana, pria kelahiran Tegal, 1979, itu membuat banyak pihak kagum.
Pasalnya, ia yang dulu pernah melewati hari-harinya sebagai marbot di Masjid Al-Amin, kini menyandang gelar profesor.
Bagi banyak orang, mungkin namanya masih terdengar asing. Namun, warga Balapulang Wetan, Tegal, Jawa Tengah (Jateng), sebagian besar mengenalnya.
Udin yang kala itu juga berjualan—demi menambah penghasilan—setiap hari; sehabis sholat Subuh, mengayuh sepeda tuanya untuk mengambil dan mengantar tempe Mochlar ke pelanggan.
Setelahnya, ia pun kembali ke masjid untuk membersihkan rumah ibadah itu.
Bagi orang lain, hari-harinya begitu melelahkan, sebab ia masih harus mengayuh sepeda untuk bisa sampai di kampus; dengan jarak sekitar lima kilometer.
Tapi tidak bagi Udin. Di malam hari, selepas Isya, ia masih semangat mengantar tempe ke langganannya yang lain.
Di sela-sela jam kuliah pun, Udin, tak jarang pulang ke masjid untuk melantunkan adzan Dzuhur pun Ashar.
Selesai waktu kuliah, bukan istirahat yang Udin cari. Melainkan anak-anak yang biasa ia ajar mengaji di TPA masjid.
Puluhan anak belajar alif-ba-ta, tepuk anak sholeh, hingga lagu TPA, darinya.
Baca Juga: Ibtihaj Muhammad, Sabet Medali Olimpiade Tanpa Menanggalkan Hijab
Sebagai marbot, setiap Kamis malam, Udin, perlu menyiapkan segala keperluan pengajian pekanan. Mulai dari minum, hingga membagikan makanan ringan kepada jemaah yang hadir.
Saat yang lainnya pulang, Udin, masih harus merapikan tikar, untuk kemudian menyapu dan mengepel lantai. Meski lelah, senyumnya tak juga hilang.
Udin yang di tahun 1998 kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY); jurusan teknik elektro, berhasil lulus dengan predikat cum laude.
Tapi Udin tak puas sampai di situ. Ia masih melanjutkan pendidikan S2-nya, ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS Surabaya).
Baru setelah itu, Udin menikah, dan sempat pindah ke daerah Bantul.
Namun, selang beberapa tahun, ia kembali ke kampung, membeli rumah yang lokasinya dekat Masjid Al-Amin.
Udin sudah menjadi ayah dari ketiga anaknya. Ia juga bekerja sebagai dosen di UNY.
Tahun-tahun ‘berat’ yang ia jalani dulu, mengantarkan Udin, meraih gelar profesor, di usia muda.
Semoga kisah Udin, bukan hanya memicu semangat kita, tapi juga menjadi awal, dari lahirnya kisah-kisah menginspirasi lainnya di masa mendatang.
Selamat, Udin!