Ngelmu.co – Selain melunturkan stigma sebagai partai ‘cingkrang’ anti tahlil, agenda rutin Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ‘Tahlil Dzikir dan Ngaji Kitab’, juga disambut hangat oleh pihak Nahdlatul Ulama (NU).
Melalui grup WhatsApp ‘Kader NU’ Jawa Timur (Jatim), salah satu anggotanya, Imam Turmudzi, mengomentari hal ini.
“Adem rasanya melihat Tahlil Dzikir dan Ngaji Kitab, yang digelar di kantor PKS,” tulisnya, Jumat (14/8) pagi.
“Dengan demikian, nahdliyin semakin paham, dan tidak perlu ikut-ikutan sibuk men-stigma wahabi,” sambung Turmudzi.
PKS, belakangan ini juga menjadi partai yang serius dibicarakan oleh umat Islam; ketika berlangsung dialog di Gedung Museum NU.
Pasalnya, PKS, menjadi satu-satunya partai Islam yang menolak RUU HIP.
Dalam acara dialog tentang ‘Kebangkitan Komunis serta Ancaman Terhadap Pancasila dan NKRI’ itu, PKS, dinilai sebagai partai paling aspiratif.
“Saya mau tanya kepada Bapak-Ibu. Faktanya, partai Islam, hanya PKS yang berani bersuara, menolak RUU HIP,” kata sang moderator.
“Pertanyaan saya, apakah Pemilu 2024, kita dukung PKS, atau membuat partai baru? Saya ingin mendengar masukannya,” imbuhnya.
Mendengar pertanyaan itu, hampir semua peserta sepakat, mendukung PKS.
Alasannya beragam. Mulai dari kesadaran tentang tidak murahnya anggaran untuk membuat sebuah partai.
Hingga PKS, dinilai sebagai partai dakwah, partai kader, yang sudah teruji soliditasnya.
“Meski dihantam ‘badai’, kemudian lahir Partai Gelora, PKS tetap stabil,” jawab seorang anggota diskusi.
“Dari sisi manajamen partai, PKS harus diakui, andal,” lanjutnya lagi.
Ada pula yang membersihkan partai itu dari stigma wahabi dan khilafah.
“Selama ini ada framing dengan target menakut-nakuti umat Islam, agar tidak memilih PKS,” kata anggota diskusi lainnya.
“Sebagian besar dari kita, terpengaruh. Hasilnya kita lengah, tidak waspada terhadap kebangkitan komunis,” sambungnya.
“Kita sibuk memelototi isu khilafah, padahal itu halusinasi, alias gangguan persepsi,” imbuh anggota lainnya.
Baca Juga: Dipertanyakan karena Hadiri Maulid di PKS, Gus A’am: Banyak Anak NU di PKS
Salah satu dzurriyah muassis NU, H Abdul Rozaq (Gus Rozaq), pun menjelaskan bahwa bagian dari penguatan khitthah NU 1926 adalah membebaskan warganya memilih partai politik manapun.
Maka berdirilah Komite Khitthah NU 1926 (KKNU-26), yang tak akan lelah mengingatkan pentingnya penegakan khitthah.
NU, tidak boleh menjadi bagian dari parpol, apalagi menjadi badan otonom (banom)-nya.
“Maka kalau sekarang banyak nahdliyin yang gandrung PKS, itu wajar,” kata Gus Rozaq, seperti dilansir duta.co.
“Karena masih banyak nahdliyin yang sadar, begitu melihat kinerja parpol selama ini yang terkesan pragmatis,” sambungnya.
“Sangat wajar kalau PKS, menjadi alternatif terbaik untuk menitipkan aspirasi di tahun 2024,” lanjutnya lagi, Jumat (14/8).
Semua pernyataan di atas, bisakah di-artikan jika warga NU, sudah tak lagi risau dengan isu khilafah?
“Isu khilafah yang ditempelkan kepada PKS adalah politis, atau framing,” tegas Gus Rozaq.
“Sekali, dua kali, orang boleh tertipu. Tetapi pada saatnya, semua sadar, bahwa isu khilafah dan wahabi itu hanyalah bagian dari upaya menjauhkan warga NU dengan partai dakwah,” imbuhnya.
“Alhamdulillah, kita semakin sadar,” pungkas Gus Rozaq.