Ngelmu.co – Terinfeksi virus Corona (COVID-19), dan dirawat selama dua pekan di RS Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), dokter ahli penyakit dalam, Adnan Ibrahim (47), meninggal dunia, Jumat (14/8) kemarin.
Semakin menjadi perhatian, karena ia yang dikenal baik dan penyabar, meminta izin untuk sholat Subuh terlebih dulu; sebelum pemasangan ventilator dilakukan.
Hal ini disampaikan oleh rekan sejawatnya, dr Wachyudi Muchsin, seperti dikutip Ngelmu, dari media sosial Facebook pribadinya.
“IDI Makassar berduka lagi. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Insya Allah syahid. Saya bersaksi, engkau senior dan sejawat baik, bahkan teramat baik, dan saya bersaksi ya Allah Rabbul alamiiin, Adnan hamba-Mu adalah orang yang shalih,” tulisnya.
Berikut pernyataan Wachyudi, selengkapnya:
“Tiba-tiba berita datang menyentakan diriku. Kamu yang berjuang di episentrum pandemi, terkena COVID-19. Sungguh syok mendengarnya.
Aku mengikuti kisahmu secara online, dan kisah tentang kebaikan-kebaikanmu, seperti sejak dulu, selalu saja tetap mengalir.
Hari kedua engkau menjalani perawatan di ruang IC-Covid, dipasanglah masker yang menutup wajah, yang terhubung mesin ventilator non-invasive.
Terasa berat sudah napasmu, tak leluasa juga untuk berbicara. Tapi di saat begitu, engkau masih menyempatkan, mengirim isyarat untuk istri tercinta di depanmu.
Di tautkan ujung telunjuk dan jempol tangan kanan kirimu, sebuah pertanda simbolik yang bermakna, ‘I love You-My beloved Wife’.
Hari kedelapan, engkau masuk ICU. Masih terjaga baik kesadaranmu saat itu.
Dengan napas yang makin terasa berat, masih sempat engkau melihat pasien yang tergeletak tak berdaya di sampingmu, dengan pandangan penuh sayang dan rasa empati.
Dari balik masker snorkel, engkau bisikkan ke telinga istri, ‘Mi, tolong belikan pakaian, pasien di sebelah saya kasihan kainnya sering tersingkap’.
Hari kesembilan. Mesin ventilator yang non-invasive sudah tak mampu lagi meng-kompensasi kebutuhan napasmu yang semakin memberat.
Team dokter ICU memutuskan mengintubasi. Engkau meminta waktu sejenak, untuk sholat Subuh di atas ranjang; dua rakaat sebelum tindakan besar ini diberikan padamu.
Sholat yang senantiasa berpuluh tahun engkau jalani, sebagai wujud kesetiaanmu sebagai seorang hamba pada khaliq-Nya. Terasa sangat syahdu suasana pagi itu.
Bismillahi tawakkaltu ‘alalllAllahi… kupasrahkan hidup ini pada-Mu Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Allah sayang padamu seniorku, mantan Ketua Umum ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran indonesia), bahkan sangat menyayangimu.
Teman-teman sejawatmu mengiringi kepergianmu dengan lafazh talqin bersama-sama secara online. Kita semua menjadi saksi kebaikanmu.
Kalau engkau pernah bilang di WhatsApp grup: Tolong cari saya di akhirat nanti bila nasib saya ‘tidak beruntung’.
Tapi sekarang, kami semua yang semakin yakin sepenuhnya, bahwa kami yang malah berharap engkau menemukan kami nanti; di kehidupan akhirat.
Saya pernah menjadi ketua panitia temu ilmiah nasional dan musyawarah nasional ISMKI tahun 2000.
Saat itu, kedokteran UMI menjadi tuan rumah dan tempat meminta pendapat ke senior; ke almarhum.
Kepergianmu menambah duka mendalam, sudah lima dokter Makassar, gugur di pertempuran kemanusiaan COVID-19.
Insya Allah, lima sejawat, guru, dan senior kami, amal ibadahnya diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala. Al-Fatihah…”
Baca Juga: Pingsan saat Pimpin Sholat, Imam Masjid Raya Muara Labuh Meninggal Dunia
Dukacita juga dirasakan rekan sesama pejuang medis, dr Andi Khomeini Takdir, sebagaimana ia sampaikan lewat akun Twitter pribadinya, @dr_koko28.
“Innalillahi wa inna ilaihi raajiiuun. Semoga beroleh husnul khatimah untuk senior kami, Dr dr Adnan Ibrahim, SpPD,” tulisnya.
“Beliau orang yang baik dan penyabar. Wajahnya cerah dan ceria. Dikisahkan, bahwa sebelum dipasang ventilator, beliau sempat minta izin sholat terlebih dahulu,” pungkas Koko.
Innalillahi wa inna ilaihi raajiiuun. Semoga beroleh husnul khatimah untuk senior kami, Dr. dr. Adnan Ibrahim, SpPD.
Beliau orang yang baik dan penyabar. Wajahnya cerah dan ceria. Dikisahkan bahwa sebelum dipasang ventilator, beliau sempat minta ijin sholat terlebih dahulu.
— dr. Andi Khomeini Takdir (@dr_koko28) August 14, 2020
Kabar duka ini juga disampaikan oleh Pejabat Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat, dr Halik Malik.
“Almarhum meninggal dunia pada pukul 17.50 WITA, tadi di RS Wahidin,” ujarnya, Jumat (14/8).
“Beliau sebelumnya dirawat sejak 3 Agustus lalu,” sambung Halik.
Almarhum dimakamkan sesuai protokol COVID-19, di pekuburan khusus Macanda, Kabupaten Gowa, Sulsel.
Selama pandemi, kata Halik, sudah 77 dokter di berbagai daerah di Indonesia, meninggal akibat terpapar virus Corona.
Menurutnya, semasa hidup dr Adnan, aktif melayani pasien di RS Pelamonia, Makassar, serta Balai Besar Kesehatan Paru Makassar.
Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 1991 dan lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, itu juga merupakan anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) cabang Makassar.
“Almarhum juga dikenal aktif di berbagai organisasi, salah satunya pernah menjabat Sekjen ISMKI, saat masih kuliah di FK UGM,” pungkas Halik.
Di depan peti jenazah berwarna putih, istri almarhum berusaha tegar berdiri.
Di samping putranya, Rahmat, ia memohonkan maaf untuk suaminya, kepada teman-teman sejawat.
Di tengah duka, ia bersyukur, sang suami hingga akhir hayat, tak pernah meninggalkan wudhu dan sholat.
“Kalau ada salahnya dokter Adnan, tolong dimaafkan ya,” ujarnya tercekat.
Wanita tercinta dr Adnan, terus menepuk pundak putra mereka; memberi kekuatan agar sama-sama tegar.
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Selamat jalan Pahlawan, insya Allah husnul khatimah. Terima kasih untuk segala perjuangan yang telah kau lakukan.