Ngelmu.co – Penyidik Polresta Tangerang, memiliki barang bukti yang cukup untuk menetapkan pencoret Musholla Darussalam–di Perumahan Villa Tangerang Elok, Kelurahan Kuta Jaya, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang–Satrio (18), sebagai tersangka.
“Sudah kita tetapkan statusnya sebagai tersangka,” kata Kapolresta Tangerang, Kombes Pol Ade Ary, Kamis (1/10).
Atas perbuatannya, tersangka, langsung ditahan dan terancam pidana lima tahun penjara.
“Tersangka juga sudah kami tahan. Tersangka dikenakan Pasal 156a dan 406 KUHP,” jelas Ade.
Pengakuan Ayah S
“Mulanya, Satrio, tidak mengaku saat saya tanya langsung. Dia menjawab, ‘Bapak suudzan saja, nuduh-nuduh, masuk neraka jahanam’. Itu ucapanya, sambil ketawa-tawa,” kata sang ayah, Karjono, Kamis (1/10) malam, saat menceritakan pernyataan putranya.
Tak lama kemudian, petugas dari Polsek Pasar Kemis, datang ke rumah mereka.
“Polisi bertanya dengan nada halus, sampai akhirnya dia mengakui, semua itu perbuatannya,” jelas Karjono, seperti dilansir Suara.
Tetapi ia mengaku tak paham, mengapa kepada polisi, Satrio, menyebut perbuatannya dilakukan bersama Alda, yang tak lain tetangga mereka.
“Jadi anak saya, saat ditanya sama polisi, pertama mengakunya berdua sama Alda,” kata Karjono.
“Kemudian saat itu juga, saya luruskan, karena Alda, tidak pernah keluar bareng Satrio,” tegasnya.
“Lalu ditanya lagi sama polisi, di mana ketemunya sama Alda. Satrio menjawab, lewat hubungan batin bertemu dengan Alda,” lanjut Karjono.
Kemudian baru diketahui, rumah Alda, tepat di depan Musholla Darussalam.
“Satrio kenal Alda, hanya sebatas kenal tetangga saja. Umurnya beda setahun-dua tahun,” tutup Karjono.
Penuturan Ibu S
Eko Astuti, ibu kandung Satrio, mengatakan jika anaknya, sulit tidur sejak lima hari sebelum kejadian.
“Lima hari dia tidak bisa tidur. Di kamar saja nonjokin tembok,” ujarnya, Kamis (1/10).
“Kemudian meminta uang. Paling tidur hanya dua sampai tiga jam,” sambung Astuti.
Pada Senin (28/9) malam, ia menemani Satrio, hingga larut malam.
“Saat baru pindah ke kamarnya, sekitar pukul 12 malam, saya tidak tahu tidur atau enggak, tapi jam setengah dua dini hari, minta dibikinin mi rebus,” kata Astuti.
“Saya langsung bikinkan mi. Habis makan, dia ke kamar lagi. Kamarnya ‘kan di lantai dua. Dia nyanyi-nyanyi sambil dengarkan musik,” imbuhnya.
Baru pada pukul 04.00 WIB, Astuti, kaget karena Satrio, kembali memukuli dinding kamarnya.
“Kedengaran sampai ke kamar saya bak buk bak buk. Sambil nonjok tembok itu dia teriak stres nih dikurung terus, tidak boleh ke mana-mana,” sebutnya yang menirukan suara Satrio.
Dilarang ke Luar Rumah
Astuti, mengakui jika ia melarang Satrio, ke luar rumah.
“Saya tidak memperbolehkan dia ke luar, karena takut menantang berantem orang lain lagi,” akuannya.
Namun, pada Selasa (29/9), akhirnya, Satrio, berhasil keluar rumah, sekitar pukul 13.00 WIB.
“Pintu rumah terbuka, dan saya sedang berada di kamar sehabis sholat. Tiba-tiba mendengar teriakan tetangga, Satrio, ke luar sambil berjerit,” jelas Astuti.
“Para tetangga yang menjerit itu, tahu, karena Satrio, psikisnya bermasalah. Lingkungan sini pada tahu semua. Kemudian saya mencoba cari Satrio,” bebernya.
Sayangnya, upaya Astuti, tidak membuahkan hasil.
“Tidak lama saya pulang, tetangga ngomong, tuh Satrio pulang. Dia langsung masuk ke kamar,” tuturnya.
“Selang beberapa menit, baru ramai jemaah Musholla, dicoret-coret,” pungkasnya.
Baca Juga: Pencoret Musala Darussalam Depresi? Ini Kata Kapolres Kota Tangerang
Satrio, berhasil diamankan beberapa jam pasca peristiwa pencoretan Musholla.
Ia, mengaku bukan hanya mencoreti hampir semua bagian dinding, dengan kalimat, ‘Saya Kafir’, ‘Anti Khilafah’, ‘Anti Islam’, dan ‘Islam Tidak di-Ridhoi’.
Namun, juga menggunting sajadah dan merobek kitab suci Al-Qur’an, yang ada di Musholla tersebut.
S, mencoret menggunakan cat pilok di bagian tembok, sajadah, hingga lantai.